Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi Bergerak, Harga Minyak Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 14:28 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate pengiriman September menguat 3,17% atau 1,62 poin ke posisi US$52,71 per barel, dari level US$52,36 per barel pada penutupan kemarin.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak berjangka dunia melonjak 3% pada Kamis (8/8/2019), di tengah sejumlah ekspektasi bahwa harga yang lebih rendah bisa menyebabkan pemangkasan produksi.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 14:28 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate pengiriman September menguat 3,17% atau 1,62 poin ke posisi US$52,71 per barel, dari level US$52,36 per barel pada penutupan kemarin.

Sedangkan harga minyak mentah Brent pengiriman Oktober memanas 2,81% atau 1,58 poin ke posisi US$57,81 per barel, dari US$56,23  per barel pada penutupan kemarin.

Seperti dikutip dari Reuters, kedua kontrak acuan tersebut mencapai level terendahnya sejak Januari pada Rabu (7/8/2019), setelah persediaan minyak mentah AS secara mengejutkan naik, menambah kekhawatiran perang dagang Amerika Serikat dan China dapat mengurangi pertumbuhan permintaan tahun ini.

Sejumlah analisis mengatakan, harga minyak mentah telah bergerak lebih tinggi karena ekspektasi bahwa Arab Saudi, eksportir minyak terbesar dunia, dan para produsen lainnya yang tergabung di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) kemungkinan mengambil tindakan menyikapi pelemahan pasar.

Virendra Chauhan, analis minyak di Aspects Singapura mengatakan, ambang harga minyak adalah US$60 per barel. Jika harga berada di bawah level tersebut, maka pasokan harus segera diserap untuk dapat mendongrak harga.

Bloomberg dalam sebuah laporan pada Rabu (7/8/2019), mengutip seorang pejabat Saudi yang mengatakan, negaranya sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara produsen untuk menghentikan penurunan harga.

Alfonso Esparza, analis pasar senior di Oanda, Toronto, retorika perang dagang akan berlanjut untuk membimbing pasar. Namun, komentar Saudi bisa menyebabkan tindakan yang belum terjadi, guna menstabilkan harga.

“Sulit membayangkan bagaimana hal tersebut akan terlaksana, karena untuk mendapatkan persetujuan OPEC+ saja sulit. Namun mengingat harga minyak bisa jatuh, jika perang berlanjut, maka mau tak mau pilihannya adalah ke meja perundingan,” katanya.

Dia menambahkan, pelemahan dolar AS juga berkontribusi menguatkan harga minyak pada hari ini.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, telah menurun 1% sejak 31 Juli, sehari sebelum AS meningkatkan perang dagang dengan China, dengan memberlakukan lebih banyak tarif, sehingga menimbulkan pembalasan dari China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper