Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GGRM Geser HMSP

PT Gudang Garam Tbk. mengantongi pendapatan senilai Rp52,74 triliun pada semester I/2019. Perolehan itu menggeser posisi PT HM Sampoerna Tbk., dari pertama menjadi kedua, untuk penjualan emiten rokok dalam separuh pertama tahun ini. 
Gudang Garam/skyscrapercity.com
Gudang Garam/skyscrapercity.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Gudang Garam Tbk. mengantongi pendapatan senilai Rp52,74 triliun pada semester I/2019. Perolehan itu menggeser posisi PT HM Sampoerna Tbk., dari pertama menjadi kedua, untuk penjualan emiten rokok dalam separuh pertama tahun ini. 

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2019, emiten berkode saham GGRM itu mencatat kenaikan penjualan 16,42% secara tahunan. Adapun, laba bersih yang dikantongi tumbuh 20,43% menjadi Rp4,28 triliun. 

Pendapatan GGRM banyak berasal dari segmen sigaret kretek mesin sebesar 91,53% terhadap pendapatan. Segmen ini tumbuh 17,97% secara tahunan. Sedangkan, segmen kretek tangan berkontribusi 7,20% terhadap penjualan dan tumbuh 4,11% secara tahunan. 

Sementara itu, penjualan HMSP naik 3,18% menjadi Rp50,72 triliun pada semester I/2019. Adapun, laba bersih yang diperoleh tumbuh 10,75% menjadi Rp6,77 triliun. 

Penjualan HMSP banyak berasal dari segmen sigaret kretek mesin sebesar 70,84% terhadap penjualan, diikuti sigaret kretek tangan 17,56%, dan sigaret putih mesin 10,73%. 

Segmen SKM tumbuh 4,94% dan sigaret putih mesin 5,33% secara tahunan. Sedangkan segmen SKT turun 4,46%. 

Lebih lanjut, penjualan PT Wismilak Inti Makmur Tbk. tertekan 4,49% menjadi Rp649,31 miliar sepanjang Januari-Juni 2019. Begitu pula, laba bersihnya tertekan 53,73% menjadi Rp8,56 miliar. 

PT Bentoel International Investama Tbk. mengantongi penjualan Rp10,22 triliun atau naik 0,29% secara tahunan pada semester I/2019. Meski demikian, emiten berkode saham RMBA ini masih membukukan rugi bersih Rp312,32 miliar pada semester I/2019, dari rugi bersih Rp537,53 miliar pada semester I/2018. 

Jennifer Widjaja, Analis PT Sucor Securitas, melihat pendapatan GGRM sepanjang separuh pertama tahun ini didorong kenaikan volume penjualan seiring tren konsumen terhadap rokok dengan cita rasa yang lebih kuat dan harga terjangkau. 

Analis mengatakan, GGRM tidak agresif menaikan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) sepanjang tahun lalu. Strategi ini berdampak pada volume penjualan perseroan di kuartal I dan II tahun ini. 

Sebaliknya, HMSP lebih agresif menaikkan ASP sepanjang tahun lalu, sehingga berdampak terhadap volume penjualannya. Volume penjualan HMSP turun 1,8% secara tahunan pada semester I/2019, di tengah volume penjualan rata-rata industri yang tumbuh 2,1% pada periode itu. 

"Berdasarkan channel check, HMSP menaikan harga lebih agresif dibandingkan Gudang Garam. Ini berdampak ke volume mereka [HMSP]," katanya pada Kamis (1/8/2019). 

Analis menjadikan GGRM sebagai salah satu top picks di emiten rokok, seiring dengan rencana perseroan fokus pada profitabilitas pada tahun ini, serta biaya operasional yang lebih stabil. Selain itu, kehadiran rokok elektrik bukan menjadi ancaman bagi GGRM karena segmen pasar yang berbeda. 

GGRM juga bakal diuntungkan dari kenaikan dana bantuan sosial yang mendorong daya beli masyarakat. Produk GGRM termasuk dalam kategori rokok dengan cita rasa kuat, yang disukai petani di daerah. 

Analis mempertahankan rekomendasi beli terhadap saham GGRM dengan target harga Rp94.000. Analis juga meningkatkan rekomendasi menjadi beli, dari sebelumnya hold, dengan target harga Rp3.500. 

Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan, pertumbuhan volume penjualan industri rokok cenderung terbatas. Meski demikian, loyalitas konsumen GGRM dan HMSP disebut cukup baik sehingga tidak terpengaruh oleh kenaikan ASP. 

Lebih lanjut, Suria menilai potensi penurunan saham GGRM dan HMSP sudah terbatas, karena penurunan saham keduanya telah berlebihan. Dengan demikian, analis memperkirakan saham GGRM dan HMSP berpeluang rebound dengan target harga masing-masing Rp90.000 dan Rp3.850. 

Proyeksi ini didorong fundamental yang kuat dan efek penyesuaian indeks LQ45 yang telah berakhir. "Laba bersih [GGRM dan HMSP] masih tumbuh, meski volume industri hanya naik 2% secara tahunan," katanya. 

Sementara itu, analis menilai tidak mudah bagi WIIM dan RMBA mendorong kinerjanya karena produknya yang kurang populer di konsumen rokok. 

"Produknya tidak terlalu dikenal, sehingga lebih sulit menaikkan harga dibandingkan GGRM dan HMSP," imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper