Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Minyak China dari Iran Turun, Saudi Melonjak

Data bea cukai China menunjukkan, pengiriman minyak mentah China dari Iran sebesar 855.638 ton pada bulan lalu atau 208.205 barel per hari. Jumlah tersebut turun 18% dibandingkan dengan 254.016 pada Mei.

Bisnis.com, JAKARTA – Impor minyak mentah dari Iran merosot tajam pada bulan lalu, setelah berakhirnya keringanan sanksi AS untuk Iran pada awal Mei. Sementara itu, impor minyak mentah dari Arab Saudi melonjak.

Seperti dikutip dari Reuters, Senin (29/7/2019), data bea cukai China menunjukkan, pengiriman minyak mentah China dari Iran sebesar 855.638 ton pada bulan lalu atau 208.205 barel per hari. Jumlah tersebut turun 18% dibandingkan dengan 254.016 pada Mei.

Untuk 6 bulan pertama tahun ini, impor minyak mentah Iran turun 30% dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi 11,03 juta ton atau 447.327 barel per hari.

Arab Saudi menyusul Rusia sebagai pemasok utama minyak Negeri Panda pada Juni dengan capaian sebesar 7,72 ton atau 1,88 juta barel per hari, naik 84,1% dari tahun sebelumnya, dan dibandingkan dengan 1,11 juta barel pada Mei.

Kedatangan minyak dari Rusia mencapai 71,5 juta ton atau 1,74 barel per hari, naik 45,5% dari tahun sebelumnya, dan dibandingkan dengan 6,36 juta barel per hari pada Mei.

Untuk 6 bulan pertama, impor dari Rusia mencapai 37,69 juta ton, atau 1,53 juta barel per hari, naik 15,2% pada tahun ini, dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, di tengah sengketa perdagangan, impor minyak mentah AS mencapai 769.094 ton pada Juni, dibandingkan 786.637 ton pada Mei. Impor untuk periode Januari-Juni turun 76,2% dari level tahun lalu menjadi 2,12 juta ton atau 515.722 barel per hari.

Beijing belum menaikkan tarif minyak AS meskipun ada kenaikan bea masuk atas LNG dan batu bara AS.

Sementara itu, harga minyak bergerak di zona merah pada Senin (29/7/2019). Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate melemah 0,28% atau 0,16 poin ke posisi US$56,04 per barel. Harga minyak mentah Brent melemah 0,41% atau 0,26 poin ke posisi US$63,20 per barel.

Sinyal positif perundingan nuklir Iran dengan sejumlah kekuatan dunia, memunculkan perkiraan ketegangan di Timur Tengah akan berkurang.

Pejabat Iran Abbas Araqchi pada Minggu (28/7/2019), mengatakan pertemuan darurat dengan pihak-pihak dalam perjanjian nuklir Iran 2015 merupakan langkah konstruktif. Namun, ada sejumlah persoalan yang belum terselesaikan. Meskipun demikian, Teheran akan terus mengurangi komitmen nuklir mereka.

“Atmosfernya cukup konstruktif. Diskusi tersebut berjalan baik. Saya tidak mengatakan kami telah menemukan solusi. Saya hanya mengatakan ada banyak komitmen,” katanya kepada awak media usai pertemuan di Wina, Minggu (28/7/2019) waktu setempat, seperti dikutip dari Reuters, Senin (29/7/2019).

Pertemuan tersebut tidak dihadiri oleh AS yang menarik diri dari perjanjian itu pada Mei 2018, dan menjatuhkan sanksi untuk ekspor minyak.

Sebagai informasi, kesepakatan nuklir Iran merupakan persetujuan kerangka kerja Iran dengan sejumlah kekuatan dunia, yang melibatkan, Inggris, Rusia, Prancis, China, Jerman, dan Uni Eropa. Poin dalam kesepakatan itu, Iran diminta untuk mendesain ulang, mengubah, dan mengurangi fasilitas nuklir mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper