Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Pulih, Harga Batu Bara Tetap Lesu

Pelemahan harga batu bara terus berlanjut pada perdagangan Kamis (25/7/2019), di tengah tingginya persediaan komoditas ini.
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Aktivitas penambangan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan harga batu bara terus berlanjut pada perdagangan Kamis (25/7/2019), di tengah tingginya persediaan komoditas ini.

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak Agustus 2019 ditutup turun 0,27 persen atau 0,20 poin di level US$74,65 per metrik ton dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (24/7/2019), harga batu bara kontrak Agustus melemah 0,80 persen atau 0,60 poin dan berakhir di level 74,85 (lihat tabel). Dengan demikian, kontrak Agustus telah mencatat penurunan selama empat hari berturut-turut.

Adapun harga batu bara Newcastle untuk kontrak yang lebih aktif September 2019 ditutup melemah 0,26 persen atau 0,20 poin di level 75,50 pada Kamis (25/7), setelah melorot 0,98 persen dan berakhir di posisi 75,70 pada hari sebelumnya.

Di bursa ICE Rotterdam, harga batu bara untuk kontrak teraktif Oktober 2019 ikut ditutup melemah 0,31 persen di level 63,55 pada Kamis, penurunan hari kedua.

Sementara itu, setelah sempat menguat beberapa hari beruntun, harga batu bara thermal untuk pengiriman September 2019 di Zhengzhou Commodity Exchange tergelincir ke zona merah dan berakhir menguat 0,1 persen atau 0,6 poin di level 592,8 yuan per metrik ton pada Kamis.

“Konsumsi harian pembangkit listrik pantai telah menembus level kunci 700 ribu ton, dan jumlah penyimpanan batu bara yang tersedia turun tajam,” ujar analis Huatai Futures Sun Hongyuan dalam risetnya, dikutip daru Bloomberg.

Akan tetapi, tambahnya, tingkat persediaan secara keseluruhan tetap tinggi dan utilitas masih memiliki penerimaan kenaikan harga yang rendah.

Di sisi lain, harga minyak mentah berhasil rebound dari penurunan terburuk dalam sepekan dan berakhir di level lebih tinggi pada perdagangan Kamis (26/7/2019).

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September ditutup menguat 0,14 poin di level US$56,02 per barel di New York Mercantile Exchange. Kontrak tersebut telah jatuh 4,2 persen sepanjang Juli dan berada di jalur pelemahan bulanan kedua tahun ini.

Adapun patokan minyak mentah global Brent untuk kontrak September berakhir menguat 0,21 poin di level US$63,39 di ICE Futures Europe Exchange.

Dilansir dari Bloomberg, investor tampaknya kembali mencermati prospek dan melihat peluang pembelian. European Central Bank (ECB) mengatakan akan mempertimbangkan opsi termasuk penurunan suku bunga dan pelonggaran kuantitatif baru setelah Presiden ECB Mario Draghi memperingatkan memburuknya ekonomi.

"Minyak benar-benar terjebak di antara dua masalah terbesar di pasar saat ini - perang perdagangan dan geopolitik," kata Tamar Essner, Direktur Energi dan utilitas di Nasdaq Corporate Solutions.

"Ada begitu banyak risiko dua arah di pasar sehingga saya tidak berpikir ada yang benar-benar memiliki keyakinan pada minyak saat ini,” lanjutnya.

Harga miyak telah merosot 16 persen sejak akhir April karena tertekan gejolak ekonomi dan perselisihan perdagangan AS-China yang melampaui kesepakatan pengurangan produksi OPEC dan ketegangan di Timur Tengah.

Namun, persediaan minyak AS turun 10,8 juta barel pekan lalu ke level terendah sejak akhir Maret, sementara produksi mencatat penurunan terbesar dalam hampir dua tahun, menurut data Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (24/7).

“Itu merupakan penurunan yang bagus untuk minyak mentah," kata Vikas Dwivedi, Ekonom Minyak dan gas global di Macquarie Capital USA Inc. "Saya pikir orang lebih fokus pada hal itu hari ini dan sedikit mengabaikan kekhawatiran pada sisi permintaan."

Dampak pada harga mungkin telah diimbangi oleh Iran yang menyatakan akan melakukan "upaya terbaik" untuk memungkinkan lewatnya kapal tanker secara aman di Teluk Persia.

“Meski ada kekhawatiran tentang permintaan, pasokan yang lebih ketat secara global, di tengah pemotongan OPEC, sanksi Iran dan masalah-masalah Venezuela, pada akhirnya mendukung pasar," kata Bart Melek, kepala analis komoditas di TD Securities.

Pergerakan harga batu bara kontrak Agustus 2019 di bursa Newcastle

Tanggal

US$/MT

25 Juli

74,65

(-0,27 persen)

24 Juli

74,85

(-0,80 persen)

23 Juli

75,45

(-0,07 persen)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper