Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Euro Tertekan Menjelang Pertemuan Bank Sentral Eropa

Bank sentral Eropa akan menggelar pertemuan pada Kamis (25/7/2019). Hasil pertemuan itu bisa memengaruhi arah pergerakan pasar nantinya.
Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi./Reuters-Francois Lenoir
Presiden European Central Bank (ECB) Mario Draghi./Reuters-Francois Lenoir

Bisnis.com, JAKARTA -- Mata uang euro mendekati level terendah dalam 2 bulan terakhir pada perdagangan Kamis (25/7/2019), menjelang pertemuan European Central Bank (ECB) yang diprediksi akan melonggarkan kebijakan moneternya.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (25/7) hingga pukul 13.45 WIB, euro di pasar spot bergerak melemah 0,04 persen menjadi US$1,1135 per euro. Pada pertengahan perdagangan, bahkan sempat menyentuh level US$1,1127 per euro, menjadi level terendah sejak 31 Mei 2019.

Sepanjang tahun berjalan, euro telah bergerak di zona merah, melemah 2,66 persen.

Kepala FX Societe Generale di Tokyo Kyosuke Suzuki mengatakan pergerakan euro masih bearish karena pasar telah memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga oleh ECB sejak bulan ini.

"Selain itu, imbal hasil obligasi di zona Eropa telah jatuh tajam dan menyeret turun mata uang euro," ujarnya seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (25/7).

Adapun data sekor manufaktur Jerman yang berkontraksi dengan laju tercepat dalam 7 tahun dan pertumbuhan bisnis Prancis yang secara tidak terduga melambat menjadi faktor utama imbal hasil obligasi Eropa bergerak lebih rendah.

General Manager Solusi Bisnis Pendapatan Tetap di SBI Securities Tokyo Tsutomu Soma menyampaikan imbal hasil obligasi Eropa diproyeksikan tidak dapat berbalik menguat dalam waktu dekat, dikarenakan The Fed tengah menuju ke suku bunga acuan yang lebih rendah. Sejatinya, suku bunga acuan AS yang lebih rendah akan menjadi sentimen positif bagi euro, tetapi hal tersebut tidak berpengaruh baik lagi terhadap euro.

The Fed, ECB, dan bank sentral lainnya memangkas suku bunga acuan untuk mengimbangi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang telah berdampak pada pertumbuhan negara masing-masing.

"Saya melihat akan terdapat lebih banyak downside untuk euro, karena tidak ada pertanda baik yang akan datang dari zona Eropa saat ini," ujar Soma seperti dilansir dari Reuters, Kamis (25/7).

Sepanjang bulan ini, euro telah jatuh 2,03 persen terhadap greenback di tengah meningkatnya spekulasi ECB akan bergabung dengan bank sentral lainnya dalam pelonggaran kebijakan karena sengketa perdagangan AS-China yang melemahkan ekonomi global.

Berdasarkan data ECB Watch, sebanyak 48 persen trader melihat bahwa ECB akan menurunkan suku bunga deposito utama sebesar 10 basis poin (bps) menjadi minus 0,5 persen. Jika ECB mempertahankan kebijakan sebelumnya, mayoritas ekonom menilai Presiden ECB Mario Draghi dapat memangkas suku bunga acuan pada pertemuan ECB selanjutnya, yaitu pada September 2019.

Sementara itu, Institut Ifo akan merilis indeks sentimen bisnis Jerman pada Kamis (25/7) waktu Eropa, yang akan menjadi petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi negara terbesar di Eropa itu.

Di sisi lain, saat ini, pergerakan dolar AS mendapat dukungan setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa pihaknya tidak akan mengadvokasi mata uang yang lebih lemah.

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor lainnya tercatat bergerak stabil di level 97,707.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper