Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Tanggapan Menteri Rini Soal Kisruh Krakatau Steel

Komisaris Independen PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. mengklaim perusahaan baja itu berpotensi merugi karena proyek blast furnace.
Pekerja memotong lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman
Pekerja memotong lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, BOGOR -- Menteri BUMN Rini Soemarno mengaku belum mengetahui soal pengunduran diri Roy Maningkas dari jabatan Komisaris Independen perusahaan baja milik negara, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Rini juga mengaku belum mengetahui alasan pengajuan pengunduran diri tersebut.

"Jadi harap bicara dengan Presiden Komisarisnya [Krakatau Steel] atau pun dengan deputi. Saya belum dapat kabar," ucapnya ketika ditemui di kawasan Istana Kepresidenan Bogor, Bogor, Jawa Barat, Selasa (24/7/2019).

Seperti diketahui, Roy mengajukan surat kepada Kementerian BUMN dengan dissenting opinion atas proyek blast furnace dan sekaligus mengajukan pengunduran diri sebagai Komisaris Independen. 

Menurutnya, langkah itu dilakukan untuk mendapat perhatian dari Kementerian BUMN agar negara tidak dirugikan dengan proyek blast furnace. Tetapi, pihaknya mengklaim dissenting opinion itu mendapat respons negatif dari Kementerian BUMN.

Sementara itu, Rini mengklaim kondisi Krakatau Steel sekarang jauh lebih baik.

"Tanya sana direksi lah, kan ada direksinya ada dewan komisarisnya. Mereka sudah melakukan banyak hal perbaikan, tadinya proyeknya terhenti bisa diselesaikan, rekstrukturisasi utang juga diselesaikan," paparnya.

Seperti diketahui, emiten berkode saham KRAS ini membukukan kerugian sejak 2012 dan menempuh langkah restrukturisasi utang. Rugi yang dibukukan sepanjang periode itu yakni US$20,43 juta (2012), US$13,98 juta (2013), US$147,11 juta (2014), US$320 juta (2015), US$171,69 juta (2016), US$81,74 juta (2017), dan US$74,82 juta (2018).

Oleh karena itu, manajemen KRAS tengah melancarkan serangkaian langkah restrukturisasi, mulai dari upaya restrukturisasi utang senilai US$2,2 miliar, penjualan aset-aset non-core atau non-inti perseroan, hingga spin off divisi usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper