Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan AS dan Iran Jadi Penyelamat Harga Minyak

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah berjangka pada perdagangan Jumat (18/7) ditutup menguat 0,60 persen atau 0,33 poin ke posisi US$55,63 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 0,87 persen atau 0,54 poin ke posisi US$62,47 per barel.
Bendera Iran berkibar di lapangan minyak Soroush di Teluk Persia, Iran, Senin (25/7/2005),/Reuters-Raheb Homavandi
Bendera Iran berkibar di lapangan minyak Soroush di Teluk Persia, Iran, Senin (25/7/2005),/Reuters-Raheb Homavandi

Bisnis.com, JAKARTA – Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat kembali menjadi pemicu kenaikan harga minyak global, di tengah ekspektasi pelemahan permintaan minyak dunia akibat perlembatan ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah berjangka pada perdagangan Jumat (18/7) ditutup menguat 0,60 persen atau 0,33 poin ke posisi US$55,63 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 0,87 persen atau 0,54 poin ke posisi US$62,47 per barel.

Namun, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (21/7/2019), harga minyak WTI sebenarnya telah turun 7 persen pada pekan lalu, sedangkan Brent kehilangan sekitar 5,5 persen pada waktu yang sama. Hal itu menunjukkan, kerugian tertajam untuk kedua harga acuan itu sejak akhir Mei tahun ini.

Harga minyak terdongkrak pada akhir sesi pekan lalu, usai Garda Revolusi Iran menyatakan, mereka telah menangkap kapal tanker minyak berbendara Inggris di Teluk, setelah Inggris merebut kapal Iran awal bulan ini. Kondisi tersebut semakin meningkatkan ketegangan di sepanjang rute pengiriman minyak internasional yang vital tersebut.

Menurut data pelacakan kapal Refinitiv, kapal tanker minyak berbendera Liberia yang dioperasikan oleh Inggris, berbelok tajam ke utara menuju pantai Iran pada Jumat (18/7) sore waktu setempat.

Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan berpendapat, harga minyak terus diterpa berbagai sentimen yang mencakup ketegangan antara AS dan Iran di sisi bullish. “Kemudian permintaan minyak global [yang melemah] di sisi bearish,” katanya.

Menurutnya episode ketegangan di Timur Tengah ini telah menyuntikkan risiko geopolitik lebih lanjut ke pasar minyak.

Pada Jumat (18/7), seorang pejabat senior pemerintahan Trump mengatakan, militer AS akan menghancurkan pesawat tanpa awak Iran yang terbang terlalu dekat dengan kapalnya.

Sehari sebelumnya, AS menyatakan, kapal Angkatan Laut AS telah menghancurkan pesawat tanpa awak Iran di Selat Hormuz, setelah pesawat mengancam kapal itu. Namun, Iran mengatakan, tidak memiliki informasi tentang kehilangan sebuah pesawat tak berawak.

PENURUNAN SUKU BUNGA

Di samping ketegangan di Timteng, harga minyak juga didukung oleh indikasi The Fed akan menurunkan suku bunga secara agresif untuk mendukung perekonomian.

Dua pejabat Federal Reserve yang berpengaruh memperkuat hal tersebut. Menurut mereka bank sentral dapat memberikan penurunan suku bunga lebih besar dari yang diperkirakan bulan ini.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan energi AS pekan lalu  mengurangi jumlah rig atau instalasi pengeboran minyak yang beroperasi, karena pengebor menindaklanjuti rencana untuk memotong jumlah produksi.

Perusahaan jasa energi Baker Hughes milik General Electric mengatakan dalam laporan pada Jumat (18/7\), sejumlah pengebor memangkas lima rig minyak dalam seminggu hingga 19 Juli, sehingga jumlah totalnya turun menjadi 779, terendah sejak Februari 2018.

Data pada hari Jumat juga menunjukkan dana lindung nilai dan manajer uang lainnya menaikkan taruhan bullish mereka pada minyak mentah AS. Hal itu adalah peningkatan kedua berturut-turut.

Namun, prospek jangka panjang harga minyak telah tumbuh semakin bearish. Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) pada pekan lalu, memperkirakan, harga minyak tidak naik secara signifikan karena permintaan melambat, serta pasokan berlimpah di pasar global.

Selain itu, IEA mengurangi perkiraan pertumbuhan permintaan minyak 2019 menjadi 1,1 juta barel per hari (bph) dari 1,2 juta barel per hari, karena ekonomi global yang melambat di tengah percekcokan perdagangan AS-China.

Warren Patterson, kepala komoditas di ING mengatakan, kekhawatiran ekonomi makro, ketidakpastian pada diskusi perdagangan dan meningkatnya pasokan minyak dari AS terus membebani harga minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper