Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Astra Agro (AALI) Pangkas Belanja Modal

Pada awal tahun ini, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) merencanakan belanja modal sebesar Rp1,6 triliun-Rp1,7 triliun dari kas internal perseroan. Rencananya, mayoritas penggunaan akan dihabiskan untuk perawatan pohon kelapa sawit yang belum menghasilkan.

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk. memangkas anggaran capital expenditure (capex) yang semula ditargetkan antara Rp1,6 triliun—Rp1,7 trilun menjadi Rp1,3 triliun—Rp1,5 triliun.

Pada awal tahun ini, emiten berkode saham AALI itu merencanakan belanja modal sebesar Rp1,6 triliun-Rp1,7 triliun dari kas internal perseroan. Rencananya, mayoritas penggunaan akan dihabiskan untuk perawatan pohon kelapa sawit yang belum menghasilkan.

Adapun dana untuk perawatan tanaman yang belum menghasilkan senilai Rp700 miliar, peningkatan kapasitas pabrik atau ekstension senilai Rp150 miliar dan sisanya untuk perawatan infrastruktur seperti jalan, rumah, jembatan dan lain-lain.

Akan tetapi, Direktur Astra Agro, M Hadi Sugeng mengungkapkan untuk semester II ini perseroan memiliki rencana yang berbeda. Dimana capex tahun ini akan ditekan sekitar Rp300 miliar – Rp400 miliar.

“Semester dua ini kami sedang melakukan pembenahan kebun dan efisiensi kebun saja. Efisiensi yang kami maksud ialah lebih mengoptimalkan [biaya] operasional,” katanya kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.

Menurutnya, beberapa pengeluaran yang tidak berhubungan dengan inti bisnis AALI akan diefisienkan. Hadi menyebut efisiensi perlu dilakukan supaya kinerja perseroan lebih baik.

“Kami menjalankan yang ada korelasinya dengan produktivitas tanaman dan tenaga kerja. Kami juga memanfaatkan teknologi supaya pengambilan keputusan lebih presisi lagi,” katanya.

AALI, lanjutnya, akan menunda beberapa proyek yang tidak terlalu penting selama posisi harga crude palm oil (CPO) masih tertekan. Sebagai informasi, harga CPO di Bursa Malaysian Derivatives Exchange pada Jumat di kisaran 1.931 ringgit per ton, merosot dibandingkan dengan Februari yang sempat menyentuh 2.300 ringgit perton.

Beberapa proyek, lanjutnya, akan ditunda sampai tahun depan. Misalnya, proyek infrastruktur di lapangan berupa jalan dan pembangunan perumahan karyawan masih bisa digeser ke tahun ke depan.

“[Belanja modal] paling banter yang kami keluar tahun ini Rp1,5 triliun, sedangkan tahun lalu itu Rp1,7 triliun. Mungkin tahun ini akan kami tekan sampai Rp1,3 triliun,” katanya.

Hingga  Juli 2019, AALI memperkirakan dana capex yang terserap sekitar Rp600 miliar-Rp700 miliar. Hadi menyebut, AALI harus ikat pinggang untuk bisa survive karena harga CPO masih kurang bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper