Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Batasi Peluang Penurunan Suku Bunga, Dolar AS Stabil

Dolar Amerika Serikat bergerak stabil pada Jumat (12/7/2019), setelah data inflasi AS yang lebih kuat dari perkiraan menekan prospek penurunan suku bunga Federal Reserve yang agresif akhir bulan ini.
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat bergerak stabil pada Jumat (12/7/2019), setelah data inflasi AS yang lebih kuat dari perkiraan menekan prospek penurunan suku bunga Federal Reserve yang agresif akhir bulan ini.

Dilansir Reuters, indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) inti AS, yang tidak termasuk komponen makanan dan energi naik 0,3 persen pada bulan Juni, kenaikan terbesar sejak Januari 2018.

Tanda-tanda kenaikan inflasi yang mendasarinya, bersama dengan data terpisah tentang klaim pengangguran mingguan yang menunjukkan pasar tenaga kerja tetap solid, mengekang ekspektasi pasar keuangan terhada penurunan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan The Fed 30-31 Juli mendatang.

Pasar masih memperkirakan sepenuhnya pemangkasan sebesar 25 basis poin karena bank sentral AS tersebut berusaha untuk mendukung ekonomi yang melambat.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,097 persen atau 0,1 poin ke level 96,953 pada pukul 10.30 WIB.

Indeks dolar AS sebelumnya dibuka menguat 0,028 poin atau 0,03 persen ke level 97,078. Adapun pada akhir perdagangan kemarin, Kamis (11/7), indeks dolar AS ditutup melemah 0,06 persen atau 0,054 poin di posisi 97,059.

"Dolar stabil kembali karena CPI AS yang kuat membuat pasar mempertanyakan pandangan the Fed tentang harga dan apakah inflasi benar-benar selemah yang diproyeksikan," kata Takuya Kanda, manajer umum di Gaitame.Com Research Institute, seperti dikutip Reuters.

"Ekspektasi penurunan 50 basis poin telah meningkat setelah komentar Powell tetapi kembali turun menyusul rilis data CPI. Sampai pertemuan The Fed akhir bulan ini, prospek pengurangan 50 basis poin akan fluktuatif setiap ada rilis data utama," lanjutnya.

Indeks dolar AS mencapai titik terendah setelah Powell mengatakan dalam sebuah testimoni kepada kongres bahwa The Fed siap untuk "bertindak sebagaimana mestinya," mengingat ekonomi AS masih di bawah ancaman dari aktivitas pabrik yang mengecewakan, inflasi yang lemab, dan perang perdagangan China-AS.

Komentar oleh Presiden The Fed wilayag Chicago Charles Evans yang dijadwalkan pada hari Jumat dan Presiden The Fed New York John Williams pada hari Senin akan memberikan kesempatan untuk mengukur seberapa dovish bank sentral sebenarnya, kata Masafumi Yamamoto, kepala analis valas di Mizuho Securities.

"Jika para pejabat The Fed ini tidak se-dovish Powell, dan jika survei manufaktur New York The Fed pada hari Senin terbukti lebih kuat dari perkiraan, mereka dapat menunjukkan bahwa dolar melemah sebagai tanggapan terhadap kesaksian kongres Powell telah berlebihan," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper