Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Komentari China, Pasar Saham Global Labil

Pasar saham global bergerak fluktuatif dalam rentang tipis pada perdagangan siang ini, Jumat (12/7/2019), di tengah ketidakpastian geopolitik dan prospek ekonomi global.
Bursa Efek Hong Kong/Reuters-Bobby Yip
Bursa Efek Hong Kong/Reuters-Bobby Yip

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham global bergerak fluktuatif dalam rentang tipis pada perdagangan siang ini, Jumat (12/7/2019), di tengah ketidakpastian geopolitik dan prospek ekonomi global.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 turun kurang dari 0,05 persen ke level terendah dalam 2 pekan, sekaligus penurunan sesi perdagangan keenam beruntun, pada pukul 08.20 pagi waktu London (pukul 14.20 WIB).

Pada saat yang sama, indeks futures S&P 500 naik 0,1 persen menuju rekor level tertinggi barunya dan indeks FTSE 100 Inggris naik 0,1 persen, kenaikan pertama dalam lebih dari sepekan.

Adapun indeks MSCI Asia Pacific turun 0,1 persen dan indeks MSCI Emerging Market melemah 0,2 persen.

Dilansir dari Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 berfluktuasi saat penurunan saham perawatan kesehatan mengimbangi kenaikan saham bank. Di sisi lain, indeks futures AS lanjut naik setelah indeks S&P 500 ditutup di level tertinggi pada perdagangan Kamis (11/7/2019).

Di Asia, bursa saham di Australia dan Jepang melemah, sedangkan bursa saham Hong Kong, China, dan Korea Selatan memburukan kenaikan moderat.

Komentar Presiden AS Donald Trump melalui Twitter, yang mengeluhkan kebijakan perdagangan China menyebabkan pasar modal global berfluktuasi. Ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap perkembangan terkait perdagangan.

Imbal hasil obligasi Tresuri AS bertenor 10 tahun merosot dari level tertinggi dalam satu bulan, sementara Bloomberg Dollar Spot Index turun 0,1 persen, melanjutkan penurunannya selama beberapa hari beruntun.

Reli aset-aset berisiko memang mendapat dorongan baru dari komentar dovish Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu (10/7) yang mengangkat prospek pemangkasan suku bunga.

Namun, rilis data inflasi (CPI) yang kuat di AS pada Kamis (11/7/2019) menyodorkan komplikasi potensial bagi para pembuat kebijakan The Fed di Washington sebelum mengambil keputusan dalam rapat kebijakan moneter mereka pada akhir Juli ini.

Spekulasi pasar mengenai pemangkasan suku bunga secara agresif oleh The Fed sebesar 50 basis poin pada Juli pun tergerus pascarilis data inflasi.

Sementara itu, kontraksi tak terduga dalam PDB Singapura memberi peringatan baru kepada ekonomi dunia tentang dampak dari ketegangan perdagangan.

Produk domestik bruto (PDB) Singapura turun pada tingkat tahunan sebesar 3,4 persen pada kuartal II/2019 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Perolehan tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan sebesar 3,8 persen pada kuartal pertama dan proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg untuk ekspansi 0,5 persen.

Beberapa saat sebelumnya, Presiden Trump mengeluh dalam Twitter bahwa China tidak meningkatkan pembelian produk pertanian Amerika, janji yang diklaimnya telah dibuat di KTT G20 dengan Presiden Xi Jinping pada 29 Juni.

“Pasar telah menikmati sedikit ketenangan dalam saga perang dagang AS-China sejak pengumuman jeda pengenaan tarif [di KTT G20] dan dimulainya kembali perundingan perdagangan. Sayangnya, pemberitaan [suram soal AS-China] kembali muncul,” tulis analis ANZ dalam risetnya, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters & Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper