Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SBN Dikuasai Asing, Investor Domestik Kalah Agresif

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Loto Srianita Ginting mengatakan investor domestik masih kalah agresif dibandingkan investor asing.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) pada Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu Loto S. Ginting memperlihatkan informasi tentang Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 ketika peluncuran di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A
Direktur Surat Utang Negara (SUN) pada Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu Loto S. Ginting memperlihatkan informasi tentang Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 ketika peluncuran di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Loto Srianita Ginting mengatakan investor domestik masih kalah agresif dibandingkan investor asing.

Jumlah kepemilikan investor asing dalam surat berharga negara (SBN) menyentuh Rp1.000,39 triliun atau 39,27 persen dari SBN yang beredar per Jumat (5/7/2019).

Adapun total outstanding SBN yang dapat diperdagangkan mencapai Rp2.547,69 triliun.

Padahal, kata Loto, pihaknya telah membuka banyak ruang bagi investor domestik agar semakin banyak investor domestik yang masuk.

Ia berharap agar kepemilikan asing atas SBN bisa turun dari porsi sekarang yang hampir mencapai 40 persen, sedangkan SBN ritel domestik diharap dapat mencapai 9 persen-10 persen.

Meski demikian, Loto memandang tingginya minat investor asing mengindikasikan bahwa tingkat kepercayaan investor atas perekonomian Indonesia masih tinggi.

"Investor menanyakan apakah kita masih akan terbitkan global bond di tahun ini karena mereka tertarik," ujar Loto, Kamis (11/7/2019).

Di lain pihak, Dirjen DJPPR Kemenkeu Luky Alfirman mengungkapkan tingginya kepemilikan asing atas SBN disebabkan oleh adanya potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS yaitu The Federal Reserve (The Fed) sehingga menimbulkan capital inflow menuju negara-negara emerging market termasuk Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhamad Wildan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper