Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Kantongi Rp33 Triliun dari Penerbitan Surat Utang Ritel

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan pihaknya telah menetapkan target sebesar Rp60 triliun hingga Rp80 triliun dari penawaran surat utang ritel dalam setahun.
Luky Alfirman, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan ./Bisnis-Ema Sukarelawanto
Luky Alfirman, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan ./Bisnis-Ema Sukarelawanto

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menyebut Rp33 triliun dari surat utang ritel yang telah terbit hingga semester I/2019.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan pihaknya telah menetapkan target sebesar Rp60 triliun hingga Rp80 triliun dari penawaran surat utang ritel dalam setahun.

Adapun, sepanjang semester I/2019 realisasinya sudah mencapai Rp33 triliun. Meskipun realisasi tersebut bahkan belum menyentuh separuh dari target yang ditetapkan, dia berujar surat utang ritel yang bakal diterbitkan bisa mengerek naik realisasi pada akhir tahun.

"Sampai Juni, Rp33 triliun [realisasi surat utang ritel]. Masih ada yang tradable, sukuk ritel dan ORI. Kalau yang tradable bisa lebih besar (kuponnya). Kalau ritel, biasanya biasanya 1 digit, kalau ORI, lebih besar," ujarnya saat menghadiri penawaran SR007 di Jakarta, Kamis (11/9/2019).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Surat Utang Negara Direktorat Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Loto Ginting mengatakan meskipun realisasi pemesanan instrumen surat utang ritel masih jauh dari target yang ditetapkan, tak berarti pemerintah gagal.

Menurutnya, pemerintah memiliki keleluasaan untuk mengatur melalui instrumen surat utang lainnya yang terpenting target penerbitan surat utang secara umum telah terpenuhi.

"Meskipun di awal kami udah punya tenor pendek sekian, menengah sekian, panjang sekian, kami enggak anggap enggak tercapai. Yang penting target neto terpenuhi," katanya.

Dia mengakui kontribusi investor ritel baru di kisaran 3%. Dengan penambahan frekuensi penerbitan instrumen surat utang ritel, dia berharap ruang bagi investor domestik khususnya ritel bisa terbuka. Penambahan ruang ini, katanya, tetap harus dimanfaatkan investor ritel dalam negeri sehingga setiap tahunnya kontribusi investor ritel bisa terangkat.

"Dikasih ruang 9%-10% tetapi yang diserap enggak sampai, naiknya mungkin enggak signifikan even dalam 2-3 tahun. Dengan frekuensi penerbitan yang makin sering meskipun perlahan akan nambah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper