Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semester I/2019, PGAS Serap 30% Belanja Modal

PT Perusahaan Gas Negara Tbk. telah menyerap capital expenditure (capex) 30% sampai dengan pertengahan 2019. Dana tersebut telah digunakan perseroan untuk sejumlah kebutuhan investasi.
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso. (Bisnia-Hery Trianto)Direktur Utama PGN Gigih Prakoso. (Bisnia-Hery Trianto)
Direktur Utama PGN Gigih Prakoso. (Bisnia-Hery Trianto)Direktur Utama PGN Gigih Prakoso. (Bisnia-Hery Trianto)

Bisnis.com, JAKARTA— PT Perusahaan Gas Negara Tbk. telah menyerap 30% dari total rencana belanja modal yang dianggarkan pada 2019.

Said Reza Pahlevi, Direktur Keuangan Perusahaan Gas Negara menuturkan jumlah serapan capital expenditure (capex) mencapai 30% sampai dengan pertengahan 2019. Dana tersebut telah digunakan perseroan untuk sejumlah kebutuhan investasi.

Said menyebut perseroan akan melakukan revisi alokasi belanja modal periode 2019. “[Alokasi belanja modal] arahnya akan kami revisi ke angka US$225 juta. Rencana awal US$420 juta,” jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (9/7/2019).

Dia menyebut alasan perseroan melakukan revisi rencana belanja modal karena tata waktu. Artinya, keputusan itu menyesuaikan dengan waktu investasi emiten berkode saham PGAS tersebut.

Dengan menggunakan target belanja modal US$225 juta pada 2019, realisasi 30% pada Januari 2019—Juni 2019 itu setara dengan US$67,5 juta. 

Di sisi lain, Said menyebut corporate finance perseroan sedang mengkaji dan menentukan waktu yang tepat untuk PGAS masuk ke pasar modal. Hal itu terkait dengan rencana penerbitan obligasi.

Sebelumnya, Direktur Utama Perusahaan Gas Negara Gigih Prakoso menuturkan perseroan berencana melakukan pendanaan kembali atau refinancing pada 2019. Menurutnya, salah satu skema yang dipertimbangkan perseroan yakni penerbitan obligasi.

“Rencana tahun ini [2019], [jumlahnya] sedang dihitung oleh teman-teman,” ujarnya.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, PGAS menuntaskan akuisisi 51% saham Pertamina Gas sejalan dengan pelunasan surat sanggup atau promissory note kepada PT Pertamina (Persero) senilai Rp10,22 triliun. Produsen gas milik negara itu menggunakan dana internal untuk menyelesaikan aksi korporasi tersebut.

Dalam Amandemen dan Pernyataan Kembali Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarakat yang diteken oleh PGAS dan Pertamina, nilai akuisisi yang disepakati senilai Rp20,18 triliun. Berdasarkan perjanjian, pembayaran dilaksanakan dalam dua tahap yakni 50% dari nilai transaksi yang telah dibayarkan oleh perseroan pada 28 Desember 2018 dan sebesar 50% dari promissory note. 

Berdasarkan laporan kuartal I/2019, PGAS melaporkan laba bersih senilai US$65,09 juta. Jumlah itu turun 28,55% dari US$91,11 juta per akhir Maret 2018.

Adapun, PGAS menyebut penjualan terbesar diraup dari penjualan gas sebesar US$661,5 juta, serta penjualan minyak dan gas bumi US$92,8 juta.

Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Head of Research Ciptadana Sekuritas Arief Budiman mengatakan masih mempertahankan peringkat beli untuk saham PGAS. Target harga berada di level Rp2.965 per saham.

“Kami percaya pelemahan harga saham jadi kesempatan untuk beli karena kami melihat laba bersih yang lebih kuat di kuartal berikutnya berkat kenaikan volume gas,” tulisnya.

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham PGAS ditutup menguat 60 poin atau 2,91% ke level Rp2.120 pada penutupan perdagangan, Rabu (10/7/2019). Saham perseroan diperdagangkan dengan price to earning ratio (PER) 13,86 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper