Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham : Bank BCA (BBCA) Berpeluang Tembus Rp30.000

Kinerja emiten perbankan PT Bank Central Asia Tbk. diperkirakan positif pada paruh kedua tahun ini ditopang oleh solidnya permintaan kredit dan berlanjutnya perbaikan NIM (margin bunga bersih).
Direktur Utama PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja menjawab pertanyaan saat halalbihalal bersama media di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiaatmadja menjawab pertanyaan saat halalbihalal bersama media di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja emiten perbankan PT Bank Central Asia Tbk. diperkirakan positif pada paruh kedua tahun ini ditopang oleh solidnya permintaan kredit dan berlanjutnya perbaikan NIM (margin bunga bersih).

Adapun saat ini, emiten perbankan swasta terbesar di Indonesia dengan sandi saham BBCA tersebut memastikan untuk fokus mengejar pertumbuhan kredit yang masih ditargetkan dalam rentang 8%—10%

Sementara itu, pada akhir pekan lalu, BBCA memastikan perseroan tak memiliki target pertumbuhan keuntungan bunga atau net interest margin (NIM) karena masih mencermati perkembangan yang terjadi. Per April 2019, kisaran NIM perseroan masih terjaga stabil di sekitar 6,2%.

Lantas, bagaimana prospek saham BBCA pada semester II/2019?

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Lee Young Jun menilai, BBCA akan diuntungkan oleh pertumbuhan kredit dan perbaikan NIM pada paruh kedua tahun ini. Belum lagi, biaya kredit tampaknya akan ternormalisasi pada semester II/2019 dibandingkan semester I/2019 menjadi 55 bps/54 bps untuk 2019/2020.

“Likuiditas ketat perbankan akan membawa permintaan kredit yang lebih banyak untuk BBCA dan pemangkasan Giro Wajib Minimum (GMW) akan menambah likuiditas BBCA,” kata Lee dalam risetnya yang dipublikasikan lewat Bloomberg, seperti dikutip pada Selasa (2/7/2019).

Adapun, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit pada tahun ini akan mencapai 12% seiring dengan berkurangnya risiko politik setelah pemilihan ulang Presiden Joko Widodo dan prospek rebound pertumbuhan ekonomi domestik pada periode Juli—Desember 2019.

Lebih lanjut, Lee menambahkan, prospek penurunan suku bunga akan membuat kesempatan menaikkan suku bunga pinjaman perbankan menjadi terbatas.

Alhasil, penurunan suku bunga pinjaman korporasi akan memakan waktu, sedangkan suku bunga deposito harus turun lebih tajam lagi karena sensitivitasnya terhadap pergerakan suku bunga acuan dan kebijakan suku bunga BBCA untuk rate deposito.

Dengan demikian, Lee masih mempertahankan rekomendasi trading buy untuk BBCA dengan target harga Rp33.300.

Dirinya menilai, BBCA lebih menonjol dibandingkan emiten perbankan lainnya ditopang oleh pertumbuhan pendapatan inti yang kuat.

“Dengan adanya kondisi pengetatan likuiditas dan siklus penurunan suku bunga, BBCA tetap menjadi pilihan utama kami disokong oleh likuiditasnya yang stabil dan potensi perbaikan NIM,” tulis Lee.

Analis J.P. Morgan Securities Harsh Wardhan Modi dan Anurag Rajat juga menilai sektor perbankan masih akan mendapat tantangan dari perlambatan pertumbuhan dan mengetatnya likuiditas terhadap pendapatan.

Dengan demikian, investor tidak disarankan untuk memburu saham-saham perbankan dalam periode reli baru-baru ini.

Namun demikian, J.P. Morgan Securities tetap dengan pilihan BBCA. Adapun, pengetatan likuiditas dinilai memberikan pricing power kepada BCA, khususnya terhadap kredit swasta.

Hal itu, lanjut Modi dan Rajat, akan memberikan ruang kepada BCA untuk memanfaatkan kemampuan franchise-nya supaya tumbuh lebih kencang ketimbang SoE perbankan dan return aset ikut meningkat.

“Harus diakui, BBCA tidak murah, tapi kami menempatkan posisi untuk gabungan book value yang stabil ketimbang re-rating lainnya,” tulis Modi dan Rajat.

J.P. Morgan Securities juga tetap memberikan rekomendasi overweight untuk saham BBCA dengan target harga Rp31.000.

Di lantai bursa, saham BBCA terpantau melemah 0,42% ke level Rp29.825. Sejak awal tahun, BBCA tumbuh 14,71% dengan kapitalisasi pasar Rp735,34 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper