Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

CPO Rebound di Tengah Ketidakpastian Tarif Impor India

Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berhasil rebound pada perdagangan Senin (1/7/2019) di tengah negosiasi Indonesia, salah satu produsen CPO utama di dunia, dengan India yang masih belum membuahkan hasil terkait dengan permintaan penurunan tarif impor CPO Indonesia oleh India.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berhasil rebound pada perdagangan Senin (1/7/2019) di tengah negosiasi Indonesia, salah satu produsen CPO utama di dunia, dengan India yang masih belum membuahkan hasil terkait dengan permintaan penurunan tarif impor CPO Indonesia oleh India.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (1/7/2019) hingga pukul 16.11 WIB, harga CPO untuk kontrak September 2019 di bursa Malaysia bergerak menguat tipis 0,62% menjadi 1.963 ringgit per ton. Sepanjang paruh pertama 2019, harga CPO telah terkoreksi 10,62%.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa upaya Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas tarif impor CPO yang akan diberlakukan oleh India dinilai pasar cukup baik.

"Upaya Indonesia untuk mendapatkan pengurangan tarif impor dari India cukup baik, harapannya hal ini akan berdampak pada peningkatan permintaan CPO dari India," ujar Ibrahim kepada Bisnis.com, Senin (1/7/2019).

Seperti yang diketahui, India menaikkan tarif impor CPO asal Indonesia dari semula sebesar 30% menjadi 44% dan minyak sawit olahan dari 40% menjadi 54% sehingga berdampak pada penurunan permintaan CPO dari India.

Sementara itu, Malaysia mendapatkan tarif berbeda setelah menjalin pakta dagang MICECA dengan India mulai awal tahun ini. Perjanjian tersebut membuat tarif impor CPO dari Malaysia sebesar 40% dan produk turunannya sebesar 45%.

Untuk mendapatkan keringanan bea masuk CPO ke India, Indonesia menurunkan tarif impor gula mentah dari India.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 96/2019 tentang Perubahan atas PMK No. 27/2017 tentang Penetapan Bea Masuk Dalam Rangka Asean-India Free Trade Area, bea masuk gula kristal mentah/gula kasar ditetapkan menjadi 5%.

Kebijakan itu akan membuat gula mentah (GM) untuk gula kristal rafinasi (GKR) dari India tidak lagi dikenai tarif sesuai most favoured nation (MFN) sebesar Rp550/Kg atau paling rendah 10%.

Di sisi lain, permintaan CPO asal China pun masih melemah seiring dengan pelemahan ekonomi Negeri Panda yang belum pulih akibat diterpa panasnya perang dagang sejak awal tahun lalu.

Hal tersebut membuat pasokan semakin menumpuk di tengah permintaan yang loyo sehingga membuat harga CPO masih berada dalam tekanan.

Oleh karena itu, Ibrahim memprediksi harga CPO akan semakin sulit untuk bergerak kembali ke level 2.000 ringgit per ton.

Dia memprediksi untuk perdagangan Selasa (2/7/2019), CPO akan bergerak di kisaran 1.960 ringgit per ton hingga 1.974 ringgit per ton. Sementara itu, untuk perdagangan sepekan, CPO akan bergerak di kisaran 1.850 ringgit per ton hingga 2.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper