Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gagal Lanjutkan Reli, Rupiah Ditutup Melemah

Rupiah berbalik melemah pada penutupan perdagangan Rabu (26/6/2019), gagal melanjutkan reli penguatannya yang terjadi selama 5 perdagangan terakhir.
Karyawati sebuah Money Changer melayani penukaran uang, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha
Karyawati sebuah Money Changer melayani penukaran uang, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -  Rupiah berbalik melemah pada penutupan perdagangan Rabu (26/6/2019), gagal melanjutkan reli penguatannya yang terjadi selama 5 perdagangan terakhir.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup melemah pada level Rp14.178 per dolar AS, terdepresiasi 0,374% atau 53 poin melawan dolar AS. Sepanjang tahun berjalan, rupiah masih bergerak menguat 1,49%.

Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan bahwa dalam beberapa perdagangan terakhir rupiah berhasil bergerak cukup stabil cenderung menguat dengan kondisi pasar yang tidak berbeda jauh, yaitu masih dibayangi oleh ketidakpastian.

Hingga saat ini, pergerakan rupiah masih dibebani oleh ketidakpastian perang dagang AS dan China dan sanksi AS terhadap Iran yang sesungguhnya sedikit menekan dolar AS.

"Tetapi, dari dalam negeri, terdapat ketidakpastian lainnya yaitu hasil putusan sidang MK terkait dengan sengketa Pemilihan Presiden 2019 sehingga menimbulkan adanya kekhawatiran pasar terhadap situasi politik yang cenderung tidak kondusif," ujar Andian kepada Bisnis.com, Rabu (26/6/2019).

Walaupun demikian, dia menilai rupiah memiliki fundamental yang cukup kuat sehingga masih berpotensi untuk berbalik ke zona hijau. Andian memprediksi rupiah akan bergerak cukup stabil di kisaran level Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.250 per dolar AS pada perdagangan Kamis (27/6/2019).

Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah didorong oleh dolar AS yang menguat akibat pejabat Bank Sentral AS yang telah memupuskan harapan pelaku pasar dan menepis adanya tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk memangkas suku bunga acuan hingga 50 basis poin pada Juli.

Gubernur The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa independensi bank sentral dari pengaruh  Presiden Trump dan pasar keuangan yang saat ini tengah mendesak adanya pemangkasan suku bunga yang agresif.

Adapun, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak menguat 0,12% menjadi 96,259.

Selain itu, pelemahan rupiah juga dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah dunia yang terus terjadi akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah. "Kenaikan harga minyak akan berpengaruh terhadap biaya impor minyak mentah menjadi mahal sehingga akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (26/6/2019).

Dia memprediksi rupiah akan diperdagangkan di level Rp14.120 per dolar AS hingga Rp14.230 per dolar AS pada perdagangan Kamis (27/6/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper