Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan Iran dan AS Masih Berlanjut, Harga Minyak Melemah

Harga minyak mentah berjangka turun, Selasa (25/6/2019), di tengah kekhawatiran atas prospek permintaan minyak mentah. Namun, harga mendapat dukungan usai Washington mengumumkan sanksi baru bagi Iran di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berjangka turun, Selasa (25/6/2019), di tengah kekhawatiran atas prospek permintaan minyak mentah. Namun, harga mendapat dukungan usai Washington mengumumkan sanksi baru bagi Iran di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.42 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,41% atau 0,24 poin ke posisi US$57,66 per barel, harga minyak mentah Brent melemah 0,54% atau 0,35 poin ke level US$64,51 per barel.

Presiden AS Donald Trump menargetkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan pejabat tinggi Iran lainnya dengan sanksi baru, Senin (24/6/2019), mengambil langkah yang berlum pernah terjadi sebelumnya terkait dengan tekanan terhadap Iran, usai insiden jatuhnya drone AS pekan lalu.

Lewat akun Twitter, Trump juga mengatakan bahwa negara-negara lain harus melindungi pengiriman minyak mereka di Timur Tengah, ketimbang meminta perlindungan AS.

Tom O’Sullivan, pendiri konsultan keamanan dan energi Mathyos Advisory mengatakan bahwa sanksi itu akan mengesampingkan pembicaraan atau negosiasi apa  pun guna mengakhiri krisis antar dua negara.

Sementara itu, ekspektasi pasar tengah menurun terkait dengan kemajuan pembicaraan perdagangan AS dan China di pertemuan G20 pekan ini, karena investor masih menantikan pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping. Hal itu lebih lanjut dapat merusak prospek pertumbuhan global, memukul permintaan minyak, dan komoditas lainnya.

“Saya tidak berharap [pembicaraan] untuk AS-China. Sebuah kompromi mungkin untuk menundaan pengenaan tarif 25% pada impor US$325 miliar,” kata O’Sullivan dikutip dari Reuters, Selasa (25/6/2019).

Data manufaktur yang lemah dirilis oleh Federal Reserve Bank of Dallas, Senin (24/6/2019) waktu setempat, menambah kekhawatiran tentang tergelincirnya permintaan minyak mentah.

Namun, menurut para analis, pasokan minyak diperkirakan tetap relatif ketat karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya termasuk Rusia, aliansi yang dikenal sebagai OPEC +, tampaknya akan memperpanjang kesepakatan untuk membatasi produksi, para pertemuan 1-2 Juli di Wina.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak, Senin (24/6/2019), mengatakan, kerja sama internasional pada produksi minyak mentah telah membantu menstabilkan pasar minyak, dan lebih penting daripada sebelumnya. Dia juga menyuarakan keprihatinan tentang permintaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper