Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selasa 25 Juni, Rupiah Berhasil Menguat di Tengah Ketidakpastian

Rupiah mempertahankan reli penguatannya pada perdagangan Selasa (25/6/2019) meskipun dibayangi oleh sentimen ketidakpastian yang memenuhi pasar saat ini.
Nasabah menghitung uang di sebuah Money Changer, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha
Nasabah menghitung uang di sebuah Money Changer, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah mempertahankan reli penguatannya pada perdagangan Selasa (25/6/2019) meskipun dibayangi oleh sentimen ketidakpastian yang memenuhi pasar saat ini.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (25/6/2019), rupiah berada di level Rp14.125 per dolar AS, menguat 0,156% atau 22 poin. Rupiah berhasil ditutup menguat selama 6 hari berturut-turut. Adapun, sepanjang tahun berjalan rupiah telah bergerak menguat 1,87%.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa meskipun dibayangi oleh sentimen ketidakapastian yang tersebar di pasar, hal tersebut tampaknya belum mampu menaklukan mata uang garuda sehingga masih dapat bergerak naik.

"Dari dalam negeri, terdapat ketidakpastian berupa penantian hasil keputusan dari sidang sengketa Pilpres oleh Mahkamah Konstitusi pada 28 Juni pekan ini, setelah berakhirnya sidang gugatan pada pekan lalu," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (25/6/2019).

Selain itu, ketidakpastian juga berasal dari rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang baru akan dilaksanakan pada akhir pekan ini saat KTT G20 di Jepang.

Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen menegaskan bahwa AS dan China siap berkompromi untuk mencapai kesepakatan dengan prinsip saling menghormati demi kepentingan bersama. 

Investor menanti perkembangan dan berharap terdapat hasil positif dari pertemuan tersebut karena damai dagang AS-China akan membuat rantai pasok global tidak lagi terhambat sehingga terdapat harapan pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik.

Inggris yang belum mendapatkan pengganti Theresa May sebagai perdana menteri pun menambah ketidakpastian pasar. Kekhawatiran terkait dengan kemungkinan Boris Johnson yang akan memenangkan pemilu menggantikan Theresa May telah membuat resah pasar.

Pasalnya, Boris Johnson telah berjanji akan mengeluarkan Inggris dari Benua Biru tepat waktu dengan atau tanpa kesepakatan apapun. Seperti yang diketahui, Brexit tanpa kesepakatan akan membuat pertumbuhan ekonomi Negeri Ratu Elizabeth tersebut terkontraksi.

Di sisi lain, IMF pada Senin (24/6/2019) memperingatkan adanya peningkatan risiko jangka menengah terhadap ekonomi AS seiring dengan mendalamnya sengketa perdagangan yang sedang berlangsung menjadi risiko material terhadap ekonomi AS.

Ibrahim memprediksi rupiah kembali diperdagangkan menguat di kisaran level Rp14.070 per dolar AS hingga Rp14.170 per dolar AS pada perdagangan Rabu (26/6/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper