Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Segmen Makan Olahan, Central Proteina (CPRO) Targetkan Pertumbuhan Pendapatan Dua Digit

PT Central Proteina Prima (Persero) Tbk. (CPRO) menargetkan pertumbuhan double digit untuk pendapatan segmen makanan olahan.
Presiden Direktur PT Central Proteina Prima Tbk Irwan Tirtariyadi (kanan) didampingi Wakil Presiden Direktur Saleh memberikan keterangan pada saat paparan publik, di Jakarta, Senin (24/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha
Presiden Direktur PT Central Proteina Prima Tbk Irwan Tirtariyadi (kanan) didampingi Wakil Presiden Direktur Saleh memberikan keterangan pada saat paparan publik, di Jakarta, Senin (24/6/2019)./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - PT Central Proteina Prima (Persero) Tbk. (CPRO) menargetkan pertumbuhan double digit untuk pendapatan segmen makanan olahan.

Direktur Utama CPRO Irwan Tirtariyadi mengatakan bahwa penjualan makanan olahan berkontribusi sebanyak Rp1,5 triliun atau sekitar 20,2% dari total penjualan sebesar Rp7,4 triliun. “Total ekspor produk olahan sekitar Rp1,3 triliun sedangkan dari pasar lokal masih kecil kontribusinya sekitar Rp250 miliar jadi total ada Rp1,5 triliun,” katanya, Senin (24/6/2019).

Namun, lajut Tirta, secara proporsi pertumbuhan segmen penjualan makanan olahan tumbuh agresif yakni 18% dibandingkan dengan penjualan pakan 10%. Adapun,  penjualan benur 48%. Meskipun begitu, Irwan menyebut  segmen pakan yang berkontribusi paling besar atas pendapatan perseroan, yakni 70%.

“Jadi tetap kita lihat dari segi proporsi pendapatan pakan memang besar tapi produk olahan akan jadi pilar yang tumbuh cepat dibandingkan bisnis yang lain,” ungkapnya.

Pada 2019 pun CPRO menargetkan segmen makanan olahan dapat tumbuh minimal double digit. Pasalnya tren konsumsi mulai beralih dari produk segar ke arah produk olahan.

Irwan menambahkan, strategi perusahaan tahun ini adalah melakukan ekspansi ekspor produk udang ke benua Eropa serta melakukan pengembangan bisnis makanan olahan dalam negeri dengan fokus pada produk surimi and fillet ikan. Pada 2018, pasar ekspor menyumbang 15% dari total pendapatan, Irwan menyebut minimal tahun ini angka tersebut tidak berubah sama sekali.

Selain itu, di tengah depresiasi rupiah terhadap dolar AS yang berimbas pada tingginya bahan baku impor seperti soy bean meal, perseroan mengambil upaya subtitusi dengan bahan baku lokal.

“Selalu kami upayakan sekian persen dari komposisi pakan selalu disubtitusi bahan baku lokal seperti cassava. Karena, Industri pakan akan selalu ketergantugan bahan baku impor yang cukup tinggi yaitu bungkil kedelai,” katanya.

Dia berharap ketersedian bahan baku lokal semakin bertambah sehingga ketergantungan impor pun dapat dikurangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper