Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tertahan, IHSG Berbalik Melemah Hingga Akhir Sesi I

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,36 persen atau 22,30 poin ke level 6.250,78 pada akhir sesi I, meskipun sempat dibuka menguat 0,08 persen atau 4,94 poin ke level 6.278,03.
Karyawan melintas di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (23/1/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan melintas di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (23/1/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melemah hingga akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (14/6/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,36 persen atau 22,30 poin ke level 6.250,78 pada akhir sesi I, meskipun sempat dibuka menguat 0,08 persen atau 4,94 poin ke level 6.278,03.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.248,77-6.294,65. Adapun pada perdagangan kemarin, Kamis (13/6), IHSG ditutup melemah 0,05 persen atau 3,09 poin di level 6.273,08.

Tujuh dari sembilan sektor menetap di zona merah, didorong sektor aneka industri yang melemah 0,86 persen, disusul sektor barang konsumsi yang melemah 0,82 persen.

Di sisi lain, sektor infrastruktur dan pertanian yang masing-masing menguat 0,35 persen dan 0,19 persen menahan pelemahan IHSG lebih lanjut.

Sebanyak 164 saham menguat, 208 saham melemah, dan 262  saham stagnan dari 634 saham yang diperdagangkan.

Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing melemah 1,18 persen dan 1,11 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG siang ini.

IHSG melemah di saat indeks saham lainnya di Asia bergerak negatif. Indeks Hang Seng merosot 0,52 persen, indeks Shanghai Composiote melemah 0,26 persen, sedangkan indeks Kospi melemah 0,32 persen.

Di sisi lain, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing menguat 0,34 persen dan 0,32 persen.

Dilansir Reuters, bursa Asia tertekan hari Jumat menjelang data ekonomi penting China yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang seberapa besar perang perdagangan AS-China membebani ekonomi.

China akan merilis data output industri bulan Mei bersama dengan penjualan ritel dan angka investasi pada pukul 14.00 WIB.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan output industri di China meningkat 5,5 persen pada Mei dari 5,4 pada April dan percaya penjualan ritel meningkat 8,1 persen dari 7,2 persen bulan sebelumnya.

Tetapi meskipun jika data lebih baik dari perkiraan, harapan lebih banyak stimulus di China tumbuh karena sengketa perdagangan mengancam untuk meningkat menjadi perang dagang besar-besaran dan dapat mendorong ekonomi global ke dalam resesi.

"Aset berisiko telah berjuang mencari arah ketika sejumlah faktor bertarung untuk menentukan nada sentimen risiko global," tulis tim analis di ANZ, seperti dikutip Reuters.

"Di satu sisi, prospek pelonggaran Fed meredakan beberapa kekhawatiran akan perlambatan global, tetapi di sisi lain masalah perdagangan masih menghadirkan risiko penurunan."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper