Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan Reli Penguatan Bijih Besi Akan Bertahan Lama

Reli penguatan harga bijih besi diperkirakan bertahan untuk waktu yang cukup lama seiring dengan prospek positif industri bijih besi sepanjang tahun.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Reli penguatan harga bijih besi diperkirakan bertahan untuk waktu yang cukup lama seiring dengan prospek positif industri bijih besi sepanjang tahun.

Analis Jefferies Group Christopher LaFemina mengatakan bahwa katalis positif masih membayangi pergerakan harga sehingga pihaknya menilai masih terlalu dini untuk reli penguatan harga memudar.

"Persediaan bijih besi di China terus turun dan dapat mencapai level yang sangat rendah pada semester kedua tahun ini, harga akan terus bergerak naik terutama jika permintaan membaik karena stimulus dari pemerintah China," ujar Christopher seperti dikutip dari Reuters, Kamis (13/6/2019).

Prospek harga yang positif bagi bijih besi juga diungkapkan oleh analis Morgan Stanley. Tim analis Morgan Stanley percaya bahwa harga bijih besi akan segera mendekati level puncaknya untuk tahun ini.

"Hal tersebut dikarenakan pengiriman dari Brazil mulai kembali pulih dan kami harapkan output baja China akan sedikit lemah dalam beberapa bulan mendatang," tulis Morgan Stanley dalam risetnya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (13/6/2019).

Selain itu, menurut S&P Global Market Intelligence, harga bijih besi diperkirakan mengalami tren meningkat. Pasalnya, defisit atau selisih antara pasokan baru dan permintaan menjadi sekitar 40 juta ton pada 2019.

Namun demikian, perusahaan keuangan dan investasi Citigroup memprediksi harga bijih besi tetap tidak akan melambung terlalu tinggi. 

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (13/6/2019) pukul 12.50 WIB, harga bijih besi di bursa Singapura bergerak naik 0,69 persen menjadi US$103 per ton. Secara year to date, harga telah menguat 46,23 persen.

Sementara itu, harga bijih besi di bursa Dalian terkontraksi 0,45 persen menjadi 766 yuan per ton atau setara dengan US$110,69 per ton. Sepanjang tahun berjalan harga telah bergerak naik 57,82 persen.

Dikutip dari Bloomberg, penguatan harga bijih besi ditopang oleh menguanya permintaan China. Persediaan bahan baku baja itu di Pelabuhan China pada pekan lalu turun ke level terendah sejak Januari 2017.

Selain itu, impor dari Negeri Panda tampak melompat pada Mei 2019 dibandingkan bulan sebelumnya, seiring dengan lonjakan ekspor dari Australia. Oleh karena itu, faktor fundamental tersebut menguatkan harga bijih besi.

Adapun, tingginya permintaan bijih besi di China disebabkan negara tersebut tengah memacu proyek infrastruktur skala jumbo, seperti kereta api dan jalan nasional. Apalagi, pemerintah daerah setempat sudah mengeluarkan obligasi untuk mendanai proyek-proyek tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper