Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dua Kabar Ini Bikin Harga Minyak Amblas Lebih dari 1 Persen

Harga minyak dunia terperosok lebih dari 1% pada perdagangan Rabu (12/6/2019), terbebani oleh proyeksi lemahnya permintaan minyak dunia, serta potensi kenaikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat.
Kilang Minyak/Bloomberg
Kilang Minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia terperosok lebih dari 1% pada perdagangan Rabu (12/6/2019), terbebani oleh proyeksi lemahnya permintaan minyak dunia, serta potensi kenaikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat.

Meskipun pada saat yang sama, tumbuh ekspektasi terhadap berlanjutnya pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi dan para sekutunya.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 12.33 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Juli 2019 amblas 1,82% atau 0,97 poin ke level US$52,30 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent melemah 1,69% atau 1,05 poin ke level US$61,24 per barel.

Dilansir dari Reuters, Rabu (12/6), Administrasi Informasi Energi AS (Energy Information Administration/EIA) memangkas perkiraannya terkait dengan permintaan minyak dunia 2019 dan merilis laporan produksi minyak bulanan AS, pada Selasa (11/6) waktu setempat.

EIA mengurangi perkiraannya terhadap permintaan minyak pada tahun ini sebesar 160.000 barel per hari menjadi 1,22 juta barel per hari. Lembaga itu juga menurunkan perkiraan produksi minyak mentah AS 2019 menjadi 12,32 juta barel per hari, 140.000 bph lebih rendah dari perkiraan Mei.  

Sementara itu, kejutan datang dari perkiraan stok minyak AS yang membuat harga minyak dunia tertekan. “Investor khawatir tentang kenaikan stok minyak AS baru-baru ini,” mengutip catatan Bank ANZ.

American Petroleum Institute (API), Selasa (11/6/2019) melaporkan, persediaan minyak mentah AS naik 4,9 juta barel pada pekan yang berakhir 7 Juni lalu, menjadi 482,8 juta barel. Jumlah tersebut jauh berbeda dengan perkiraan para analis di angka 481.000 barel.

Namun, data resmi terkait hal itu akan diumumkan oleh EIA pada Rabu (12/6/2019) pukul 14.30 GMT (21.15 WIB). Bersamaan dengan hal itu, ketegangan sengketa dagang yang berkelanjutan antara AS dan China, dua konsumen minyak terbesar dunia, telah membebani harga minyak. Presiden AS Donald Trump pada Selasa (11/6) mengatakan, dia sedang mengadakan kesepakatan perdagangan dengan China.

“Harga minyak telah berjuang untuk mempertahankan kenaikan bullish. Para trader tetap berhati-hati atas risiko geopolitik yang meningkat dan berlanjutnya pelemahan ekonomi global,” kata Benjamin Lu, analis komoditas di Phillips Future di Singapura.

Di sisi lain, pasar juga masih menanti kelanjutan nasib kesepakatan pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya. Kelompok tersebut dijadwalkan akan bertemu pada akhir Juni mendatang untuk membahas hal tersebut.

Menteri Energi untuk Uni Emirat Arab Suhail bin Mohammed al-Mazroui mengatakan, anggota OPEC hampir mencapai kesepakatan untuk melanjutkan pengurangan produksi.

OPEC dijadwalkan bertemu pada 25 Juni, diikuti dengan pembicaraan dengan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia pada 26 Juni. Namun, berdasarkan sumber Reuters, Rusia menyarankan perubahan tanggal menjadi 3 hingga 4 Juli, sumber-sumber dalam kelompok itu sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper