Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Terseret Kekhawatiran Resesi Global

Harga minyak mentah terkapar di zona merah pada penutupan perdagangan Senin (10/6/2019), untuk pertama kalinya dalam tiga sesi perdagangan terakhir, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan kontraksi ekonomi global dan naiknya pasokan.
Harga minnyak di bursa New York saat penutupan Jumat (7/9/2018) waktu setempat atau Sabtu dini hari (8/9/2018) waktu Jakarta berdasarkan data Bloomberg.
Harga minnyak di bursa New York saat penutupan Jumat (7/9/2018) waktu setempat atau Sabtu dini hari (8/9/2018) waktu Jakarta berdasarkan data Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah terkapar di zona merah pada penutupan perdagangan Senin (10/6/2019), untuk pertama kalinya dalam tiga sesi perdagangan terakhir, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan kontraksi ekonomi global dan naiknya pasokan.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli 2019 turun 73 sen dan ditutup di level US$53,26 per barel di New York Mercantile Exchange.

Pada sesi perdagangan sebelumnya, Jumat (7/6/2019), WTI mampu melonjak US$1,40 ke level US$53,99 dan membukukan kenaikan mingguan pertamanya dalam tiga pekan.

Adapun harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus 2019 melorot US$1 dan berakhir di level US$62,29 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, setelah mampu melonjak 2,6 persen pada Jumat (7/6/2019). Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$8,6 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Dilansir dari Bloomberg, harga minyak mentah AS telah turun sekitar 18 persen dari puncaknya pada akhir April seiring dengan melonjaknya volatilitas karena hubungan perdagangan AS-China yang memburuk membuat prospek tentang pertumbuhan global melambat.

Menurut John Kilduff, mitra di hedge fund Again Capital, spekulasi bahwa permintaan akan melemah, sebagian besar karena perang dagang AS-China, terus membebani harga.

“Pelaku pasar semakin khawatir tentang prospek resesi. Hal tersebut serta persediaan minyak yang lebih baru semakin membebani,” ujar Michael Lynch, Presiden Strategic Energy and Economic Research di Winchester, Massachusetts.

Sebelumnya pada Senin (10/6/2019), Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov memperingatkan bahwa harga minyak bisa turun ke bawah level US$40 jika negara-negara OPEC+ tidak menyetujui perpanjangan pengurangan produksi.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih kemudian mengatakan bahwa OPEC berupaya guna mengambil langkah-langkah pencegahan agar skenario itu tidak terjadi. Al-Falih telah mengangkat wacana prospek perpanjang pemangkasan produksi, sementara Rusia pada Jumat (7/6) menyatakan akan berkoordinasi dengan Saudi.

Menteri Energi Arab Saudi dan Rusia kemungkinan akan berada di Jepang untuk KTT G20 bulan ini. Menurut Al-Falih agenda itu memberi peluang untuk lebih lanjut mengkalibrasi posisi OPEC.

Negara-negara OPEC+ sejauh ini berhenti membuat komitmen khusus mengenai volume output sementara perjanjian OPEC+ yang saat ini masih berjalan akan berakhir pada akhir Juni.

Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Juli 2019

Tanggal

Harga (US$/barel)

Perubahan

10/6/2019

53,26

-0,73 poin

7/6/2019

53,99

+1,40 poin

6/6/2019

52,59

+0,91 poin

Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Agustus 2019

Tanggal

Harga (US$/barel)

Perubahan

10/6/2019

62,29

-1 poin

7/6/2019

63,29

+1,62 poin

6/6/2019

61,67

+1,04 poin

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper