Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketidakpastian Pasar Meningkat, Reli Penguatan Emas Bisa Berlanjut

Seperti yang diketahui perang dagang AS dengan China semakin berlarut-larut dan belum menunjukkan tanda adanya kesepakatan perdagangan dari kedua negara dalam waktu dekat.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas diproyeksi masih akan mempertahankan reli penguatannya pada perdagangan ke depan seiring dengan ketegangan perdagangan AS dengan Meksiko dan China, serta proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Ahli Strategi Komoditas TD Securities Daniel Ghali mengatakan bahwa emas mendapatkan manfaat dari kekhawatiran pasar terkait dengan perang dagang AS dengan China dan Meksiko yang akan memperlambat ekonomi global.

“Kerugian yang diakibatkan momentum ekonomi dari perang dagang tersebut dapat mendorong lebih banyak investor mengalokasikan asetnya menjadi emas dan itu akan menjadi faktor utama logam mulia ini akan bergerak di atas US$1.350 per troy ounce dalam jangka menengah,” ujar Daniel seperti dikutip dari Reuters, Minggu (9/6/2019).

Seperti yang diketahui perang dagang AS dengan China semakin berlarut-larut dan belum menunjukkan tanda adanya kesepakatan perdagangan dari kedua negara dalam waktu dekat.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa pihaknya akan terus terbuka untuk melanjutkan negosiasi perdagangan dengan China.

Namun, Daniel berharap pasar untuk tidak berekspetasi adanya perkembangan pada pekan ini seiring dengan kedua negara tersebut akan bertemu pada pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Jepang.

Jika China ingin kembali melakukan negosiasi dan memiliki perjanjian nyata, lanjut dia, maka AS siap bernegosiasi. Jika tidak, AS akan melanjutkan rencana untuk mengenakan tarif lebih banyak untuk China.

Selain itu, ketegangan pasar juga meningkat seiring dengan perang dagang terbaru antara AS dan Meksiko. Presiden AS Donald Trump akan menerapkan tarif 5 persen untuk barang-barang Meksiko pada 10 Juni, jika Meksiko tidak menghentikan aliran imigrasi ilegal.

Tarif tersebut akan naik secara bertahap hingga 25 persen jika Meksiko tidak mematuhi tuntutan Trump. Adapun, hal tersebut telah mengancam ekonomi Meksiko, yang mengirim sekitar 80 persen ekspornya ke AS.

Akibat beberapa ketegangan perdagangan antar negara tersebut, Bank Dunia pun pada pekan lalu telah memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2019.

Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan investasi global dan perlambatan pertumbuhan perdagangan pada tahun ini, menjadi yang terlemah sejak krisis keuangan satu dekade lalu.

Bank Dunia memperkirakan bahwa ekonomi dunia akan berkembang 2,6 persen tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi 2,9 persen yang dibuat pada Januari.

Pemangkasan proyeksi tersebut menjadi katalis positif bagi emas sebagai aset investasi yang dianggap aman oleh para investor.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (7/6/2019), harga emas untuk kontrak Agustus 2019 di bursa Comex ditutup menguat 0,25 persen menjadi US$1.346 per troy ounce.

Sementara itu, harga emas di pasar spot juga ditutup menguat 0,41 persen menjadi US$1.340,86 per troy ounce. Selama sepekan, emas telah bergerak menguat sebesar 2,71 persen.

Emas masih melanjutkan reli penguatannya yang telah terjadi selama 8 perdagangan berturut-turut.

Adapun, emas berhasil kembali diperdagangkan di sekitar level US$1.300 per troy ounce setelah diperdagangkan di bawah level tersebut selama 2 bulan.

Penguatan emas pada pekan lalu juga ditopang perlambatan tajam dalam data pekerjaan AS sehingga mendorong dolar AS bergerak lebih rendah dan memperkuat harapan pasar bahwa The Fed akan memangkans suku bunga tahun ini.

Analis Senior Kitco Jim Wyckoff mengatakan bahwa jumlah pekerjaan AS yang lebih lemah daripada perkiraan pasar telah memperkokoh reli penguatan emas dan memberi momentum bullish secara teknikal.

Berdasarkan data ketenagakerjaan AS, jumlah pekerja di luar sektor pertanian AS hanya tumbuh 75.000 pada Mei, jauh lebih rendah dibandingkan dengan ekspetasi pasar sebesar 177.000.

“Peluang The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih cepat semakin besar sehingga mendorong sinyal bullish untuk logam mulia ini,” ujar Jim seperti dikutip dari Reuters, Minggu (9/6/2019).

Dia mengatakan, suku bunga yang lebih rendah akan meningkatkan harga emas dengan mengurangi peluang biaya untuk memegang logam karena dolar AS yang diperdagangkan lebih rendah.

Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak melemah 0,52 persen menjadi 96,544.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper