Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pascalibur Lebaran, Rupiah Siap Ungguli Mata Uang Asia

Pasca libur Hari Raya Idulfitri, mata uang garuda diprediksi bergerak terapresiasi dan mengungguli kinerja penguatan di kelompok mata uang Asia seiring dengan data inflasi Indonesia yang akan dirilis pekan depan.
Warga menunjukkan uang rupiah pecahan kecil di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (13/5/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe
Warga menunjukkan uang rupiah pecahan kecil di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (13/5/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA - Pascalibur Hari Raya Idulfitri, mata uang garuda diprediksi bergerak terapresiasi dan mengungguli kinerja penguatan di kelompok mata uang Asia seiring dengan data inflasi Indonesia yang akan dirilis pekan depan.

Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg, mayoritas ekonom memperkirakan data inflasi Indonesia akan menunjukkan harga konsumen naik 3,15% secara year on year, menjadi laju tercepat sejak November.

Sementara itu, inflasi inti diprediksi naik tipis menjadi 3,08% dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 3,05%, terbesar sejak pertengahan 2017.

Seperti dilansir dari Bloomberg, jika proyeksi ekonom terbukti akurat, hal tersebut akan membantu mengurangi spekulasi pasar bahwa Bank Indonesia dapat menurunkan suku bunga.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa proyeksi inflasi ekonom menunjukkan tingkat konsumsi Indonesia masih cukup kuat, tercermin dari adanya ekspektasi inflasi.

Namun, dengan bulan Ramadhan yang hampir seluruhnya jatuh pada Mei dan umumnya akan menaikkan tingkat konsumsi masyarakat, proyeksi tersebut masih menunjukkan bahwa inflasi juga cenderung terkendali.

"Dengan perkiraan tersebut, maka nilai mata uang tidak akan terlalu tergerus. Rupiah menjadi punya alasan untuk menguat," ujar Ibrahim seperti dikutip dalam keterangan resminya, Minggu (9/6/2019).

Ibrahim memprediksi rupiah akan diperdagangkan cenderung menguat di kisaran Rp14.180 per dolar AS hingga Rp14.315 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pertama kali setelah libur lebaran, Senin (10/6/2019).

Kemudian, perbedaan tingkat suku bunga Indonesa dengan beberapa negara lainnya yang cukup lebar diproyeksi juga akan membantu rupiah menguat.

Hal tersebut akan mendorong arus dana asing masuk ke Indonesia karena investor mencari carry trade atau aksi ambil untung oleh investor dari perbedaan tingkat suku bunga antar negara.

Sebagai informasi, dalam aktivitas carry trade, investor atau pelaku pasar akan meminjam sejumlah uang di negara bersuku bunga kecil lalu meminjamkannya ke negara dengan suku bunga tinggi.

Adapun, langkah Bank Indonesia yang melakukan intervensi di pasar spot, pasar NDF lokal, dan obligasi untuk menjaga stabilitas nilai tukar telah membatasi risiko bagi investor yang menggunakan strategi carry trade tersebut.

Selain itu, imbal hasil tresuri AS untuk tenor 10 tahun yang bergerak turun sehingga membuat trader semakin optimis bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga juga akan menopang penguatan rupiah dan mata uang Asia lainnya.

Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor lainnya bergerak melemah 0,52% menjadi 96,544.

Di sisi lain, pada penutupan perdagangan Jumat (31/5/2019), rupiah berhasil ditutup terapresiasi 141 poin atau 0,98% menjadi Rp14.269 per dolar AS.

Analis SeputarForex Martin Singgih mengatakan bahwa penguatan rupiah selain karena ditopang dolar AS yang mengalami tekanan, penguatan juga disebabkan oleh keputusan Standar & Poor's (S&P) terhadap surat utang Indonesia.

Lembaga pemeringkat kredit tersebut menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil.

"Keputusan S&P tersebut menyebabkan rupiah menjadi mata uang yang terkuat di Asia pada akhir perdagangan lalu, bahkan menggungguli yen Jepang," ujar Martin seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin (9/6/2019).

Rating tersebut telah membantu menaikkan daya tarik rupiah dan menambahkan kepercayaan pelaku pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia, tercermin dari masuknya modal asing di pasar saham.

Martin mengatakan, secara fundamental dan teknikal rupiah masih akan diperdagangkan cenderung menguat dengan support antara level Rp14.150 per dolar AS hingga Rp14.200 per dolar AS pada perdagangan Senin (10/6/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper