Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korea Selatan Borong Jagung dari Amerika Selatan

Korea Selatan melalui Komite Pimpinan Pakan Korea Selatan (South Korea Leaders Committee/FLC) dilaporkan telah membeli sekitar 65.000 ton jagung yang diperkirakan berasal dari Amerika Selatan.
Jagung dimasukkan ke truk saat silo kosong di sebuah peternakan di Tiskilwa, Illinois, AS, 6 Juli 2018./Reuters
Jagung dimasukkan ke truk saat silo kosong di sebuah peternakan di Tiskilwa, Illinois, AS, 6 Juli 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Korea Selatan melalui Komite Pimpinan Pakan Korea Selatan (South Korea Leaders Committee/FLC) dilaporkan telah membeli sekitar 65.000 ton jagung yang diperkirakan berasal dari Amerika Selatan.

Menurut para trader Eropa, Jumat (7/6/2019) seperti dikutip dari Reuters, jagung itu dibeli dengan harga sekitar US$211,90 per ton ditambah biaya tambahan US$1,25 per ton untuk bongkar muat pelabuhan.

Pembelian diperkirakan dilakukan pada Selasa (4/6/2019). Sementara itu, waktu pengirimannya diperkirakan antara 15 Agustus hingga 16 September 2019. Adapun, penjualnya adalah rumah dagang China Cofco.

Namun demikian, banyak importir jagung Asia membeli komoditas yang menjadi kebutuhan pada musim semi itu pada level harga US$180 hingga US$190 per ton.

“Para pembeli jagung merasa harga US$180 hingga US$190 bagus untuk mereka dan pasar tidak mungkin turun jauh lebih rendah dari harga itu,” kata seorang trader di Singapura.

Harga jagung berjangka di Chicago dilaporkan naik pada Selasa (4/6) untuk mendekati level harga tertinggi dalam 3 tahun yang terjadi pada pekan lalu. Harga dilaporkan naik setelah Departemen Pertanian AS mengatakan aktivitas penanaman jagung di AS jauh di bawah  kecepatan rata-rata pada tahun ini setelah gangguan hujan.

Dalam beberapa tahun terakhir, produksi jagung dan gandum di seluruh dunia telah mengubah sebagian besar pelaku usaha pemrosesan biji-bijian di Asia menjadi pembeli langsung.

Mereka mengambil kargo hanya beberapa bulan sebelumnya. Namun, banjir dan cuaca basah yang berlebihan memicu kenaikan harga biji-bijian tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Anggi Oktarinda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper