Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Melemah, Tetapi Berpeluang Positif

Harga emas global berada di zona merah pada perdagangan Jumat (7/6/2019), tetapi menuju pekan terbaik tahun ini didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve dan meningkatnya konflik perdagangan global.
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara
Harga emas berjangka naik di Divisi COMEX New York Mercantile Exchange./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas global berada di zona merah pada perdagangan Jumat (7/6/2019), tetapi menuju pekan terbaik tahun ini didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve dan meningkatnya konflik perdagangan global.

Sementara itu, para investor juga menunggu laporan data tenaga kerja AS yang akan dirilis pada hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2019 di Comex melemah 0,50% atau 6,70 poin ke level US$1.336,00 per ounce. Sedangkan harga emas spot turun 0,2% pada level US$1.332,31 per ounce.

Namun, harga emas telah naik 2,1% sepanjang pekan ini, serta bersiap membukukan kenaikan persentase mingguan terbaik sejak awal Desember tahun lalu.

“Optimisme bahwa [pengenaan sanksi] tarif Amerika Serikat – Meksiko mungkin berumur pendek saat ini, sehingga memicu optimisme di pasar global,” kata ekonom Bank OCBC Howie Lee seperti dikutip dari Reuters, Jumat (7/6/2019).

Dia menambahkan, kemungkinan harga emas bergerak terbatas sepanjang hari sebelum rilis data tenaga kerja Amerika Serikat atau non-farm payrolls (NFP). Investor ingin melihat dampaknya pada sektor tenaga kerja AS, sebelum menilai kembali pesimisme pasar saat ini.

Pejabat Meksiko dan AS menggelar pembicaraan pada hari kedua tentang perdagangan dan imigrasi pada Kamis (6/6/2019), di tengah laporan Presiden AS Donald Trump kemungkinan menunda pengenaan tarif. Kondisi tersebut memberikan sentimen positif terhadap pasar keuangan.

Sementara itu, Trump mengatakan bahwa AS akan memutuskan apakah akan melancarkan ancamaannya untuk memukul Beijing dengan tarif setidaknya US$300 miliar untuk barang-barang China, setelah pertemuan para pemimpin ekonomi terbesar dunia pada akhir bulan ini.

Dalam kesempatan terpisah, Presiden Bank Sentral Federal Reserve John Williams pada Kamis (6/6) menyatakan kekhawatirannya terhadap dampak kenaikan tarif perdagangan yang mengancam perlambatan pertumbuhan global serta meningkatkan ketidakpastian dan menahan investasi bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper