Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siap IPO, Indonesian Tobacco Incar Pertumbuhan Laba 30 Persen Tahun Ini

Calon emiten di bidang pengolahan tembakau itu menjual produknya ke pasar ekspor dan domestik.
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Calon emiten yang bergerak di bidang pengolahan tembakau PT Indonesian Tobacco mengincar pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sebesar dua digit pada 2019. 

Direktur Utama Indonesian Tobacco Djonny Saksono mengatakan omzet penjualan sepanjang Januari-Mei tahun ini tumbuh sekitar 20 persen. Pihaknya optimistis dapat membukukan kenaikan penjualan dan laba bersih masing-masing 20-25 persen dan 25-30 persen.

Pada 2018, perseroan membukukan penjualan dan laba bersih masing-masing sebesar Rp134,52 miliar dan Rp8,25 miliar. Dengan demikian, Indonesian Tobacco mengincar penjualan dan laba bersih masing-masing Rp161,42 miliar-Rp168,15 miliar dan Rp10,31 miliar-Rp10,73 miliar pada tahun ini. 

Sebagai informasi, perseroan berencana melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini. Perseroan menawarkan 274,06 juta saham atau 29,13 persen dari modal ditempatkan dan disetor. 

Harga saham yang ditawarkan berada di rentang Rp180-Rp230 per saham. Sebelum penawaran umum, sebesar 90,1 persen saham perseroan dikuasai oleh Djonny Saksono dan 9,9 persen lainnya dimiliki PT Anugerah Investindo. 

Djonny menjelaskan dana hasil Initial Public Offering (IPO) akan digunakan untuk meningkatkan stok bahan baku karena pasar yang semakin luas. Perusahaan yang didirikan pada 1955 ini memiliki kapasitas produksi 2.500 ton per tahun dan akan ditingkatkan menjadi 3.000 ton per tahun dengan menambah shift kerja. 

"Saat ini, utilisasi kurang dari 50 persen sehingga masih cukup [untuk meningkatkan produksi]. Mesin di pabrik cukup canggih dari Jerman, kecepatannya 1 ton per 1 jam," imbuhnya. 

Setelah IPO, perseroan berencana memperbesar kontribusi ekspor dengan mengincar pasar India. Djonny menuturkan perseroan berpeluang melakukan ekspor produk olahan tembakau sekitar 50-100 ton per bulan atau berpeluang mendorong penjualan tumbuh 30 persen.

Saat ini, perseroan menjual produknya ke Malaysia, Singapura, dan Jepang. Pasar-pasar tersebut berkontribusi 2-3 persen terhadap penjualan.

Untuk pasar domestik, sekitar 40% dari penjualan disumbangkan oleh penjualan di Papua. 

"Tahap pertama akan dikirimkan 1 kontainer atau sekitar 8-10 ton. Harapannya, akhir tahun mulai ekspor ke India," sambung Djonny. 

Produsen tembakau linting ini memiliki sejumlah produk, di antaranya Bunga Sakura, Anggur Kupu, Lampion Lilin, Manna, Save, Roda Terbang, Kuda Terbang, Pohon Sagu, Mangga, Salak, DC-9, Tanjung, Mawar Anggrek, Jago Tarung, Pohon Jambu, dan Rumah Minangkabau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper