Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bara AS-China Hantam Bursa Wall Street

Bursa saham Wall Street Amerika Serikat (AS) terkapar di zona merah pada akhir perdagangan Kamis (23/5/2019), di tengah kegelisahan investor atas dampak eskalasi perang perdagangan AS-China terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly
Marka jalan di dekat New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City/REUTERS/Andrew Kelly

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Wall Street Amerika Serikat (AS) terkapar di zona merah pada akhir perdagangan Kamis (23/5/2019), di tengah kegelisahan investor atas dampak eskalasi perang perdagangan AS-China terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Berdasarkan data Reuters, indeks S&P 500 ditutup melorot 1,19 persen atau 34,03 poin di level 2.822,24, indeks Nasdaq Composite merosot 1,58 persen atau 122,56 poin ke level 7.628,28, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average berakhir melemah 1,11 persen atau 286,14 poin di level 25.490,47.

Kegelisahan investor bertambah setelah pemerintah China mengatakan bahwa pemerintah AS perlu memperbaiki “tindakannya yang salah” agar dapat melanjutkan perundingan perdagangan mereka. Pekan lalu, pemerintah AS memasukkan Huawei Technologies ke dalam daftar hitam.

“Tampaknya semakin tidak akan ada resolusi jangka pendek untuk perang perdagangan, dan pasar jelas khawatir akan hal itu,” ujar Lamar Villere, manajer portofolio di Villere & Co, New Orleans.

Di antara sektor-sektor pada S&P 500, hanya utilitas dan real estat yang mencatatkan kenaikan ketika investor beralih ke aset-aset safe haven seperti obligasi.

Meski mengikis sebagian penurunannya menjelang akhir perdagangan, tiga indeks utama Wall Street tersebut berakhir turun lebih dari 1 persen.

Saham-saham perusahaan teknologi dan industri pada S&P 500, dua sektor yang telah menjadi penentu arah atas sentimen perdagangan, masing-masing turun 1,7 persen dan 1,6 persen.

Saham perusahaan S&P 500 di sektor keuangan dan energi juga anjlok. Penurunan sebesar 3,1 persen dalam saham energi mendorong pelemahan di antara sektor-sektor S&P 500.

Penurunan sebesar 5 persen dalam harga minyak sebagai respons terhadap prospek permintaan yang lebih lesu menghambat saham energi.

Adapun penurunan dalam imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun, yang mencapai level terendahnya sejak Oktober 2017, menahan saham keuangan.

Menambah suramnya sentimen di pasar, data dari IHS Markit menunjukkan manufaktur AS goyah pada Mei, dengan pesanan baru turun untuk pertama kalinya sejak Agustus 2009.

"Kita akan melihat penurunan yang lebih rendah sampai ada resolusi tentang apa yang terjadi dengan China,” ungkap Jamie Cox, managing partner di Harris Financial Group, Virginia.

Pergerakan saham mulai menyerah pada tekanan jual pada Mei setelah Washington dan Beijing gencar menaikkan tarif dan melancarkan tindakan pembalasan lainnya. Indeks S&P 500 pun berada di jalur untuk mencatatkan penurunan bulanan pertama sejak aksi jual pada Desember 2018.

Pergerakan Bursa Wall Street 23 Mei

Indeks

Level

Perubahan (persen)

Dow Jones

25.490,47

-1,11

S&P 500

2.822,24

-1,19

Nasdaq

7.628,28

-1,58

Sumber: Reuters

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper