Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Loyo 3 Hari Berturut-turut, Rupiah Jadi Terkuat di Asia

Setelah terdepresiasi selama 3 hari berturut-turut, mata uang Garuda berhasil menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia pada perdagangan Kamis (23/5/2019) meski di tengah dolar AS yang cenderung menguat.
Warga menunjukkan uang rupiah pecahan kecil di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (13/5/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe
Warga menunjukkan uang rupiah pecahan kecil di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (13/5/2019)./ANTARA-Abriawan Abhe

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah terdepresiasi selama 3 hari berturut-turut, mata uang Garuda berhasil menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia pada perdagangan Kamis (23/5/2019) meski di tengah dolar AS yang cenderung menguat.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (23/5/2019) pukul 13.34 WIB, rupiah di pasar spot bergerak menguat 0,43% atau 64 poin menjadi Rp14.462 per dolar AS. Sepanjang tahun berjalan, rupiah bergerak melemah 0,49%.

Rupiah berhasil memimpin kinerja penguatan mata uang asia melawan dolar AS, mengalahi won dan rupee yang masing-masing menguat 0,36% dan 0,057%. Penguatan rupiah juga terjadi meski mayoritas mata uang asia melemah akibat indeks dolar AS yang masih bergerak menguat.

Dolar AS menguat setelah rilis notulen pertemuan The Fed periode Mei yang menunjukkan Bank Sentral AS tersebut masih akan menempuh pendekatan yang lebih sabar untuk menentukan kebijakan moneternya.

Akibat hal tersebut, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan 6 mata uang mayor bergerak menguat di dekat level tertingginya, naik 0,14% menjadi 98,175.

Ahli Strategi Valas Tempus Inc Juan Perez mengatakan bahwa The Fed melihat sedikit kebutuhan untuk mengubah tingkat suku bunga kedua arah. Kenaikan suku bunga pada 2019 tidak mungkin terjadi, bahkan ketika ekonomi AS terus tumbuh dan inflasi tetap stabil.

"Orang-orang mencari segala jenis pesimisme yang akan menyebabkan (Federal Reserve) menurunkan suku bunga, tetapi pada saat ini The Fed tidak ingin melakukan itu," ujar Juan seperti dikutip dari Reuters, Kamis (23/5/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper