Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertekan Kondisi Politik Dalam Negeri, Rupiah Ditutup Melemah 45 Poin

Rupiah melanjutkan pelemahannya pada penutupan perdagangan Rabu (22/5/2019), terdepresiasi selama 3 hari berturut-turut seiring dengan kondisi politik dalam negeri yang cenderung kurang kondusif.
Warga menukarkan uang baru pada layanan kas keliling Bank Indonesia di Mataram, NTB, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Ahmad Subaidi
Warga menukarkan uang baru pada layanan kas keliling Bank Indonesia di Mataram, NTB, Kamis (16/5/2019)./ANTARA-Ahmad Subaidi

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah melanjutkan pelemahannya pada penutupan perdagangan Rabu (22/5/2019), terdepresiasi selama 3 hari berturut-turut seiring dengan kondisi politik dalam negeri yang cenderung kurang kondusif.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Rabu (22/5/2019), rupiah ditutup di level Rp14.525 per dolar AS, terdepresiasi 45 poin atau 0,31% melawan dolar AS.

Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa kondisi politik dalam negeri yang kurang kondusif semakin membuat rupiah melemah di tengah tertekannya pasar mata uang emerging market dalam beberapa perdagangan terakhir akibat eskalasi perang dagang AS dan China.

"Jadi rupiah mengalami tekanan baik dari eksternal maupun internalnya sehingga ditutup melemah kembali," ujar Yudi saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (22/5/2019).

Yudi memproyeksi rupiah masih akan diperdagangkan melemah di level Rp14.300 per dolar AS hingga Rp14.700 per dolar AS pada perdagangan Kamis (23/5/2019)

Adapun, katalis negatif dalam negeri disebabkan oleh kisruh hasil pemilu 2019 yang berujung aksi unjuk rasa di kantor Bawaslu.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah merampungkan proses rekapitulasi tingkat nasional pada Selasa (21/5/2019). Hasilnya, pasangan calon presiden Jokowi-Amin unggul 85.607.362 suara atau 55,50% dari Prabowo-Sandi 68.650.239 atau 44,50%.

Namun, Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan calon presiden Prabowo-Sandi menolak hasil rekapitulasi pilpres 2019 dan akan menggugat hasil tersebut ke Mahkamah Konstitusi.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa akibat sentimen tersebut membuat pelaku pasar condong untuk meninggalkan pasar Indonesia karena meningkatnya ketidakpastian pasar sehingga rupiah terus terdepresiasi.

"Saat ini rupiah sudah di level Rp14.500an per dolar AS, artinya untuk mencapai Rp15.000 per dolar AS sangat gampang kalau kondisi dalam negeri tidak kondusif," ujar Ibrahim kepada Bisnis.com, Selasa (22/5/2019).

Sementara itu, Bank Indonesia menegaskan faktor kondisi politik di dalam negeri tidak menjadi faktor dominan yang mempengaruhi pelemahan rupiah.

Kepala Departmen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengungkapkan, tekanan rupiah sejauh ini disebabkan oleh genuine demand atau permintaan domestik akan dolar AS untuk kepentingan impor, repatriasi, dan dividen.

"Kami mengupayakan berada di pasar," tegas Nanang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper