Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saratoga (SRTG) Anggarkan Capex US$100 Juta Tahun Ini

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. akan menganggarkan belanja modal senilai US$100 juta untuk keperluan investasi pada tahun ini.
Logo Saratoga
Logo Saratoga

Bisnis.com, JAKARTA — PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. akan menganggarkan belanja modal senilai US$100 juta untuk keperluan investasi pada tahun ini.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menyampaikan, belanja modal tersebut akan didanai dari pendapatan dividen serta—apabila diperlukan—dari pendanaan utang.

Adapun saat ini, emiten bersandi saham SRTG tersebut tengah dalam perundingan untuk peluang investasi di lima perusahaan. “Belum bisa di-disclose karena pembicaraannya masih dangat dini dan kami belum bisa meyakinkan untuk dapat dieksekusi tahun ini,” kata Devin dalam Paparan Publik Saratoga Investama Sedaya di Jakarta, Rabu (22/5/2019).

Devin menambahkan, perusahaan-perusahaan tersebut secara keseluruhan bergerak di bidang konsumer.  Dirinya mengakui, kemungkinan SRTG tidak akan berinvestasi di seluruh perusahaan tersebut mengingat fokus perseroan untuk jangka panjang. “Kami tidak mau terburu-buru untuk investasi setiap tahun. Kami ingin secara disiplin mencari perusahaan yang bagus dan valuasinya juga bagus,” imbuh Devin.

Adapun kategori perusahaan yang diminati Saratoga untuk diberi investasi adalah perusahaan-perusahaan yang menjadi market leader di industrinya serta berada dalam tahap masa pertumbuhan (growth stage).

Untuk tahun ini, Devin mengungkapkan, SRTG akan berusaha lebih fokus ke subsektor, seperti konsumer dan kesehatan, dari tiga sektor utama investasi sebelumnya.

Direktur Portofolio Saratoga Andi Esfandiari menambahkan, untuk portofolio yang sudah ada, perseroan akan mendukung ekspansi pembangunan rumah sakit lewat PT Famon Awal Bros (RS Awal Bros).  “Sekarang ada 7 rumah sakit. Sementara ini, kami membangun 2 rumah sakit lagi di Bekasi Utara dan Karawang Barat,” kata Andi.

Menurut Andi, ekspansi pembangunan rumah sakit tersebut akan berusaha dilanjutkan dalam 2—3 tahun ke depan. 

Selain karena peluang pertumbuhan industri rumah sakit yang masih tinggi, Andi menegaskan, upaya tersebut juga dalam rangka menyeimbangkan fungsi komersil perseroan dengan fungsi sosial. Adapun, hampir semua rumah sakit yang dimiliki SRTG merupakan rumah sakit yang melayani fasilitas BPJS. Selain itu, perseroan juga akan memperkuat posisi di bisnis cold-chain logistic lewat PT Mulia Bosco Logistik.

Saat ini, PT Mulia Bosco Logistic telah menjadi pemimpin pasar untuk bisnis refrigerator trucks dengan memiliki sekitar 750 armada. Sementara untuk bisnis cool storage, perseroan menempati posisi nomor 2 di industri. “Jadi, posisi pasarnya sudah bagus, Saratoga akan terus mendorong agar bisnis cold-chain logistik terus tumbuh,” tutur Andi.

Sementara itu, perseroan juga akan selalu mengevaluasi entitas anak yang menjadi perusahaan terbuka untuk dilakukan monetisasi maupun menambah kepemilikan.

Oleh karena perseroan menyusun pembukuan dengan mengikuti harga saham, Direktur Keuangan Saratoga lany Djuwita Wong mengungkapkan belum dapat menyampaikan target laba yang ingin dicapai tahun ini.

“Pembukuan kami dilakukan mengacu kepada harga saham, Untuk target laba kami tahun ini tidak bisa dikuantifikasi karena kenaikan dan penurunan laba direfleksikan sebagian besar dari kinerja saham portofolio kami,” kata Lany.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper