Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham : Masih Terkoreksi, Kapan Saham Indosat (ISAT) Menguat

Pada perdagangan Jumat (17/5/2019), saham PT Indosat Telekomunikasi Tbk. (ISAT) ditutup menghijau pada level Rp1.715, naik 5 basis poin dari penutupan Kamis (16/5/2019).
Karyawan melayani pelanggan di gerai Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan melayani pelanggan di gerai Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — Pada perdagangan Jumat (17/5/2019), saham PT Indosat Telekomunikasi Tbk. (ISAT) ditutup menghijau pada level Rp1.715, naik 5 basis poin dari penutupan Kamis (16/5/2019).

Harga saham tersebut merosot dibandingkan pekan sebelumnya (8/5/2019) pada level Rp2.150. Tak hanya itu, dalam sebulan terakhir, saham ISAT sudah minus hingga 36,72% dan 3 bulan terakhir minus 50,43%.

Namun, saham Indosat masih menguat tipis secara year to date  sebesar 1,78%. Sejak awal 2019 (ytd), aksi investor asing menjual saham senilai Rp324,47 miliar di pasar modal.

Fluktuasi harga saham ISAT tak terlepas dari kinerja keuangan yang memerah dibandingkan dengan emiten telekomunikasi lainnya seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) dan PT XL Asiata Tbk. (XCEL).

Secara top line sepanjang kuartal I/2019, ISAT menunjukkan tanda-tanda perbaikan yakni tumbuh tipis 3,9% dari Rp5,82 triliun menjadi Rp6,05 triliun (y-o-y). Namun, ISAT masih mengantongi rugi senilai Rp292,51 miliar.

Pada perkembangan lain, ISAT telah menunjuk nahkoda baru, Ahmad Abdulaziz Al Neama sebagai Presiden Direktur dan Chief Executive Office (CEO) menggantikan Chris Kanter.

Selanjutnya, isu konsolidasi tekomunikasi juga kembali mengemuka meskipun belum jelas realisasinya. Bagaimana analis menilai katalis tersebut terhadap kinerja ISAT?

Analis riset PT Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Raymond Kosasih menjelaskan bahwa lemahnya neraca keuangan menjadi tantangan besar perusahaan untuk memulihkan pasar yang hilang.

Kinerja ISAT bisa jauh lebih buruk seandainya tidak ada pendapatan one-off senilai Rp297miliar terkait dengan refarming spektrum pada pita 800 / 900MHz dengan Telkomsel.

Secara keseluruhan pendapatan ISAT 23,8% masih didorong oleh bisnis seluler yang tumbuh 10% secara tahunan dan  pertumbuhan kuartalan yang datar senilai Rp4,9 triliun.

Pada segmen seluler, pendapatan legacy (SMS dan Suara) mencapai Rp781 miliar, yang merupakan penurunan tajam 35% secara tahunan dan 22% secara kuartalan. Pendapatan  dari data mencapai Rp3,1 triliun atau 34% (y-o-y) dan 6% (q-o-q).  

Pertumbuhan pendapatan data kotor sekitar 9% secara tahunan masih jauh dari perkiraan jika dibandingkan rekan-rekan utamanya pada kisaran 28%-30%. Kondisi cukup memprihatinkan mengingat fakta bahwa sumber utama pertumbuhan operator di Indonesia hanya dari data.

Menurutnya, akan sulit bagi ISAT untuk mengikuti kinerja rekan lainnya tanpa mengurangi tingkat hutang. Dia pun menurunkan target harga dengan jual di level Rp1.400.

Risiko terbalik pada saham ini adalah kompetisi yang lebih baik dan menghasilkan harga lebih tinggi khusus untuk data, lebih rendahnya belanja operasional. Selain itu lebih tingginya ARPU pelanggan, hingga merger atau peningkatan modal untuk memperbaiki keseimbangan perusahaan.

Analis J.P. Morgan Sekuritas Indra Cahya mengulangi peringkat underweight pada ISAT karena defisit kualitas jaringannya akan menghasilkan tekanan lanjutan bagi market share dan profitabilitas.

“Kami menghitung bahwa ISAT akan tetap tidak menguntungkan pada hasil data saat ini. Target price kami adalah Rp1.700 dengan asumsi 4,2x1 tahun EV / EBTIDA,” jelasnya.

ISAT memiliki risiko terbalik utama termasuk konsolidasi industri nirkabel. Selain itu, ISAT dapat mengambil manfaat dari perubahan regulasi, meskipun waktunya tidak pasti.

Perubahan peraturan potensial termasukperaturan penetapan harga predatori, pengurangan tarif interkoneksi, mandat berbagi jaringan untuk TLKM, dan peningkatan alokasi spektrum serta perbaikan harga yang lebih cepat dari perkiraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper