Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Melorot Lagi, Ini Saran Analis untuk Investor

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lanjut turun lebih dari 1 persen pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (16/5/2019), di tengah pelemahan bursa Asia.
Pengunjung menggunakan smartphone di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan saham di BEI, Jakarta, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smartphone di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan saham di BEI, Jakarta, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lanjut turun lebih dari 1 persen pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (16/5/2019), di tengah pelemahan bursa Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 1,05 persen atau 63,10 poin ke level 5.917,79 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (15/5), IHSG ditutup melorot 1,49 persen atau 90,32 poin di level 5.980,88.

Setelah dibuka turun 0,18 persen atau 11,03 poin di posisi 5.969,86, IHSG sempat berbalik ke zona hijau bahkan kembali menembus level psikologis 6.000. Namun tak lama kemudian, indeks kembali bergerak negatif dan terus melemah.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 5.903,68 – 6.009,63.

Seluruh sembilan sektor menetap di zona merah, dipimpin sektor aneka industri (-2,00 persen), properti (-1,41 persen), dan infrastruktur (-1,39 persen).

Sebanyak 81 saham menguat, 284 saham melemah, dan 267 saham stagnan dari 632 saham yang diperdagangkan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing turun 2,01 persen dan 2,16 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG siang ini.

Indeks saham lainnya di Asia turut melemah siang ini, di antaranya indeks FTSE Malay KLCI (-0,15 persen), indeks SE Thailand (-0,46 persen), dan indeks PSEi Filipina (-0,90 persen).

Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melemah 0,63 persen dan 0,72 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan melorot 1,09 persen.

Dilansir Reuters, bursa Asia melemah setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) menghantam raksasa telekomunikasi asal China Huawei dengan sanksi berat yang mengancam akan memperburuk ketegangan perdagangan antara China dan AS.

Pada Rabu (15/5) malam, Departemen Perdagangan AS menyatakan telah menambahkan Huawei Technologies Co. Ltd. beserta 70 afiliasi ke dalam sebuah "Daftar Entitas".

Ini merupakan langkah yang melarang perusahaan tersebut memperoleh komponen-komponen dan teknologi dari perusahaan-perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

“Telah terjadi peningkatan berkurangnya koneksi antara pasar Asia dan pasar AS selama enam bulan terakhir,” ujar Nick Twidale, chief operating officer di Rakuten Securities Australia, Sydney.

“Pasar Asia telah melekat dengan kenyataan bahwa ia [Trump] tidak menyerah dalam perang perdagangan melawan China,” tambahnya.

Ferry Wong, kepala riset Indonesia di Citigroup, menyarankan para investor agar memegang saham-saham defensif karena situasi pasar yang menantang.

Perang dagang antara AS dan China, juga kekhawatiran menjelang pengumuman hasil pemilihan presiden (pilpres) pada pekan depan dinilai merupakan isu-isu utama di kalangan investor.

“Katalis untuk ekuitas Indonesia dapat muncul dari hasil pemilu yang damai, pembentukan kabinet yang lancar, serta perubahan kebijakan yang diperkenalkan sebelum pelantikan presiden pada Oktober,” papar Wong dalam riset, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper