Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Ditutup Melemah ke Level Terendah Sejak 30 November, Ini Pemicunya

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 1,05 persen atau 64,19 poin ke level 6.071,20, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,88 persen atau 53,99 poin ke level 6.081,40.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah mendekati level 6.000 pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (14/5/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup melemah 1,05 persen atau 64,19 poin ke level 6.071,20, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,88 persen atau 53,99 poin ke level 6.081,40.\

IHSG menyentuh level terendahnya sejak 30 November 2018 dan telah melemah hingga 1,99 persen sepanjang tahun ini.

Pada perdagangan Senin (13/5), IHSG berakhir melemah 1,19 persen atau 73,72 poin di level 6.081,40. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.033,40 – 6.101,09.

Delapan dari sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, didorong oleh sektor industri dasar yang melemah 1,74 persen dan disusul sektor finansial yang melemah 1,38 persen.

Di sisi lain, sektor perdagangan menguat 0,24 persen dan menahan laju pelemahan IHSG lebih lanjut hari ini.

Dari 632 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 141 saham menguat, 249 saham melemah, dan 242 saham stagnan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) yang masing-masing melemah 2,05 persen dan 10,65 persen menjadi penekan utama terhadap pelemahan IHSG.

Direktur Ciptadana Sekuritas John Teja mengatakan pelemahan IHSG dipengaruhi oleh campuran dari beberapa faktor dari global hingg domestik

“Kelanjutan dari keretakan perdagangan AS-Tiongkok, kekhawatiran seputar fundamental makroekonomi dan fluktuasi mata uang (menjadi penekan),” ungkap John Teja, seperti dikutip Bloomberg.

Investor asing mencatat net sell US$260 juta dalam enam hari terakhir, arus keluar mingguan terbesar sejak Februari.

Awal tahun ini, IHSG hampir mencapai rekor tertinggi baru setelah reli hampir 6 persen di tengah jatuhnya harga minyak dan sikap dovish bank sentral. Tetapi reli terhenti ketika defisit transaksi berjalan 2018 melebar ke level tertinggi dalam empat tahun, meningkatkan kekhawatiran tentang penurunan yang membebani perekonomian negara.

Harapan untuk penurunan suku bunga mungkin telah mereda. Pengamat pasar sebelumnya memperkirakan bahwa bank sentral mungkin memiliki ruang untuk mulai melonggarkan kebijakan moneter pada paruh kedua tahun ini.

"Sayangnya tidak banyak yang bisa kita lakukan, tetapi jelas, semua mata tertuju pada 22 Mei," ungkap Harry Su, direktur pelaksana dan kepala pasar modal di Samuel International.

“Kita harus mengatasi itu di dalam negeri. Jika semuanya aman dan tidak ada yang terjadi, itu akan menjadi rintangan besar pertama yang kami atasi,” tambahnya.

IHSG melemah di saat mayoritas bursa saham lainnya di Asia juga tertekan, di antaranya indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing turun 0,69 persen dan 0,64 persen, sedangkan indeks Hang Seng melemah 1,5 persen.

Sementara itu, indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang merosot masing-masing 0,59 persen dan 0,40 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,14 persen.

Dilansir Reuters, ketegangan terbaru dalam perang tarif AS-China menekan bursa saham Asia, meskipun komentar dari Presiden AS Donald Trump bahwa ia berharap negosiasi akan berhasil meredakan sejumlah kekhawatiran.

Pasar saham China yang terpukul dalam perdagangan awal terus berfluktuasi sepanjang perdagangan di tengah tanda-tanda dukungan pemerintah, tetapi akhirnya ditutup melemah hari ini.

Pada Senin (13/5) malam, Trump mengatakan pembicaraan perdagangan dengan China "akan sangat sukses". Pernytaaan tersebut membantu mengangkat bursa saham berjangka AS yang telah melemah, meskipun sentimen tetap rapuh.

China pada hari Senin mengumumkan akan mengenakan tarif yang lebih tinggi pada barang-barang AS senilai US$60 miliar setelah keputusan Washington pekan lalu untuk menaikkan tarif impor barang China senilai US$200 miliar.

Prakash Sakpal, ekonom Asia di ING di Singapura, mengatakan volatilitas saat ini menunjukkan bagaimana perubahan 180 derajat dalam retorika AS pada negosiasi perdagangan telah menakuti pasar.

"Kami tidak melihat akhir yang cepat dari keadaan pasar ini sampai kami melihat beberapa resolusi, dialog konstruktif, dan sesuatu yang sangat solid pada kesepakatan. Tetapi harapan hal tersebut terwujud agak salah tempat saat ini," katanya, seperti dikutip Reuters.

Saham-saham penekan IHSG:
KodePenurunan (persen)

BBCA

-2,05

FREN

-10,65

BBRI

-1,22

UNVR

-1,72

Saham-saham pendorong IHSG:
KodeKenaikan (persen)

EMTK

+5,95

FIRE

+19,71

INTP

+2,49

MINA

+19,90

 Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper