Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diprediksi Masih di Zona Merah

Defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2019 yang berada di level 2,6% terhadap PDB diyakini tidak akan berdampak signifikan terhadap pergerakan nilai tukar.
Karyawan memeriksa pasokan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (9/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan memeriksa pasokan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (9/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Posisi defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2019 yang berada di level 2,6% terhadap PDB diyakini tidak akan berdampak signifikan terhadap pergerakan nilai tukar.

Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menuturkan, perbaikan defisit transaksi berjalan tidak akan mempengaruhi pergerakan rupiah karena faktor musiman kebutuhan dolar AS di dalam negeri cukup besar pada kuartal II/2019, terutama Mei dan Juni.

"Mulai banyak pembelian dolar terutama untuk akhir kuartal kedua, untuk repatriasi, bayar utang, pembayaran dividen serta di bulan Juni nanti sudah cooling period untuk tax amnesty dan repatriasi sudah selesai jadi tanpa ada [perbaikan] defisit transaksi berjalan, rupiah memang melemah," kata Lana, Minggu (12/05/2019).

Akibat kondisi ini, Lana memperkirakan pergerakan rupiah pada Mei-Juni dapat menyentuh level Rp14.400 per dolar AS.

Selain itu, investor akan lebih melihat perbaikan defisit secara keseluruhan tahun dibandingkan per kuartal. Kondisi defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2019 yang sebenarnya lebih besar dibandingkan kuartal I/2018 yang hanya sebesar 2,01% terhadap PDB tidak akan membuat bank sentral melonggarkan kebijakan suku bunga.

Artinya, BI masih membutuhkan suku bunga kebijakannya untuk menjaga daya tarif aset keuangan di dalam negeri.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter R. Abdullah mengungkapkan, perbaikan defisit transaksi berjalan masih sangat tipis. "Walaupun membaik masih di atas 2,5% artinya masih lampu kuning," kata Piter.

Selain itu, defisit transaksi berjalan juga masih rentan khususnya di tengah tensi perang dagang yang kembali naik.

"Dengan perang dagang yang tensinya kembali naik permintaan global sulit membaik. Harga komoditas tetap tertekan, jadi ekspor indonesia sulit untuk didorong," kata Piter.

Meskipun defisit transaksi berjalan masih lebar dan rentan, Piter melihat rupiah masih bisa diharapkan stabil apabila modal asing tetap mengalir masuk.

Menurutnya, kunci utamanya ada di aliran modal. Selama Federal Reserve AS tetap dovish, ada peluang rupiah stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Tegar Arief

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper