Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anak Usaha Adhi Karya Akan IPO, Incar Dana Hingga Rp2,5 Triliun

PT Adhi Karya (Persero) Tbk. merencanakan untuk melakukan initial public offering (IPO)  pada anak usahanya PT Adhi Commuter Properti pada tahun ini dengan target dana yang diincar senilai Rp2 triliun–Rp2,5 triliun.
Pekerja beraktivitas di proyek yang dikerjakan PT Adhi Karya./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja beraktivitas di proyek yang dikerjakan PT Adhi Karya./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — PT Adhi Karya (Persero) Tbk. merencanakan untuk melakukan initial public offering (IPO)  pada anak usahanya PT Adhi Commuter Properti pada tahun ini dengan target dana yang diincar senilai Rp2 triliun–Rp2,5 triliun.

Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asmawi Mukhson mengatakan bahwa target dana tersebut merupakan 30 persen dari valuasi aset bersih Adhi Commuter Properti (ACP) senilai Rp10–Rp11 triliun.

“Sebetulnya kalau ACP itu karena spin off nya menggunakan buku jadi mandatorinya di November [untuk melakukan IPO],” ujarnya di Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Entus mengatakan bahwa dana tersebut akan digunakan perseroan untuk melakukan proyek transit oriented development (TOD) di seluruh stasiun jalur Light Rail Transit (LRT).

Melihat peluang yang besar, perseroan memprioritaskan ACP sebagai anak usaha yang menjadi prioritas perseroan untuk menggelar IPO pada tahun ini.

Adapun total investasi yang diperlukan perseroan untuk proyek TOD tersebut adalah Rp3 triliun dengan nilai kapitalisasi dalam kurun waktu 10 tahun ke depan senilai Rp50 triliun—Rp60 triliun.

“Kalau ACT ada daya dorongnya, yaitu TOD, kalau nanti sudah jadi stasiunnya, dan juga kalau tidak dilakukan sekarang tanahnya akan menjadi mahal,” jelasnya.

Sebelumnya, emiten berkode saham ADHI tersebut berencana melakukan IPO pada anak usaha lainnya yakni PT Adhi Persada Gedung (APG).

Entus menjelaskan bahwa rencana untuk melaksanakan IPO pada APG, perseroan mengurungkan niatnya untuk melakukan hal tersebut pada tahun ini.

“Tahun ini satu aja, tadinya dua, cuma market-nya seperti ini, kemudian kondisi politik dan properti masih tidak stabil, paling awal tahun depan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper