Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 8 Mei: IHSG Terseret Isu AS-China, Harga Emas Naik

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak melemah bersama nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), di tengah tergerusnya daya tarik aset berisiko akibat kekhawatiran eskalasi konflik perdagangan AS-China.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak melemah bersama nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), di tengah tergerusnya daya tarik aset berisiko akibat kekhawatiran eskalasi konflik perdagangan AS-China.

Sementara itu, bursa global bergerak di kisaran level terendahnya dalam lima pekan, ketika berlanjutnya tensi perdagangan AS-China dan kekhawatiran ekonomi global mendorong investor menjauhi aset-aset berisiko.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com hari ini, Rabu (8/5/2019):

Investor Jauhi Risiko Jelang Negosiasi AS-China, IHSG Terpeleset

Pergerakan IHSG ditutup di zona merah seiring dengan melemahnya bursa saham Asia. IHSG berakhir turun 0,43 persen atau 27,12 poin di level 6.270,2 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Seluruh sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin aneka industri (+-1,37 persen), tambang (-1,15 persen), dan finansial (-0,57 persen).

Dari 631 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 147 saham menguat, 243 saham melemah, dan 241 saham stagnan.

Tensi Politik Dalam Negeri dan Lemahnya Cadev Buat Rupiah Lunglai

Ketegangan tensi politik dalam negeri dan menurunnya cadangan devisa Indonesia memberi tekanan pada rupiah sehingga membuat mata uang garuda ditutup melemah.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa saat ini pelaku pasar cenderung melakukan wait and see akibat iklim politik dalam negeri pascapemilu 2019 belum kondusif. 

Investor Asing Lepas Saham Rp354,56 Miliar

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing membukukan aksi jual bersih atau net sell senilai sekitar Rp354,56 miliar pada perdagangan hari ini.

Investor asing membukukan aksi beli sekitar 1,16 miliar lembar saham senilai Rp3,2 triliun. Adapun aksi jual oleh investor asing tercatat 1,07 miliar lembar saham senilai sekitar Rp3,56 triliun.

Bursa Asia Lesu Jelang Tatap Muka Tim Negosiasi AS-China

Indeks saham MSCI Asia Pacific selain Jepang, turun hampir satu persen dan menyentuh level terendahnya sejak akhir Maret.

Wakil Perdana Menteri China Liu He akan mengunjungi Washington pada Kamis dan Jumat pekan ini untuk mengadakan pembicaraan perdagangan. Ini menjadi upaya terakhir untuk mencegah kenaikan tarif terhadap barang-barang asal China.

Menambah kegelisahan pasar adalah data perdagangan China yang menunjukkan kuatnya impor pada bulan April. Namun, pada saat uang sama kinerja ekspor Negeri Tirai Bambu tak terduga menurun.

Harga Emas Naik

Harga emas Comex untuk kontrak Juni 2019 terpantau menguat 6,60 poin atau 0,51 persen ke level US$1.292,20 per troy ounce pukul 19.40 WIB, terdongkrak meningkatnya daya tarik aset safe haven.

Harga emas diprediksi melanjutkan tren penguatannya hari ini seiring masih memanasnya sentimen global dari Amerika Serikat dan China. Hal ini mendorong minat untuk menambah aset lindung nilai.

Harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta pun naik Rp500 menjadi Rp665.500 per gram, sedangkan harga pembelian kembali atau buyback emas Antam naik Rp1.000 menjadi Rp591.000 per gram.

Tensi AS-China Jaga Apresiasi Yen, Harga Karet Turun

Harga karet di bursa Tocom Jepang tergelincir ke zona merah dan ditutup melemah pada perdagangan hari ini, di tengah penguatan nilai tukar yen terhadap dolar AS.

Yen, yang bersifat sebagai aset safe haven di tengah kekhawatiran global, bergerak menuju apresiasi hari keempat berturut-turut di tengah keresahan pasar soal eskalasi perdagangan Amerika Serikat-China.

Penguatan nilai tukar yen Jepang terhadap dolar AS membuat harga komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang ini menjadi relatif lebih mahal bagi para pembeli luar negeri. Dampaknya, permintaan akan komoditas ini dapat tergerus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper