Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuartal I/2019, Laba Emiten Farmasi Tertekan 

Laba sejumlah emiten farmasi tertekan pada kuartal I/2019. Salah satunya, karena penjualan segmen ethical yang memberikan marjin tebal hanya naik tipis. 
Industri farmasi/indianmirror
Industri farmasi/indianmirror

Bisnis.com, JAKARTA - Laba sejumlah emiten farmasi tertekan pada kuartal I/2019. Salah satunya, karena penjualan segmen ethical yang memberikan marjin tebal hanya naik tipis. 

PT Phapros Tbk. mencatat penurunan laba terbesar yakni 59,23% secara tahunan, diikuti PT Kimia Farma Tbk. sebesar 44,54%, PT Merck Tbk. sebesar 42,34%, dan PT Tempo Scan Pacific Tbk. sebesar 0,12%. 

Direktur Keuangan Kimia Farma IG Ngurah Suharta menjelaskan, pengadaan obat oleh Kementerian Kesehatan melalui tender belum banyak dilakukan pada kuartal I/2019. Pengadaan obat ethical yang memiliki marginn tebal mulai banyak dilakukan sejak Mei-Juni. 

Berbeda dengan tahun sebelumnya, tender pengadaan obat ethical banyak dilakukan sejak Januari 2018. Di sisi lain, biaya SDM dan kenaikan gaji terus dilakukan. 

"Nanti setelah Mei, tender margin tebal mulai dilakukan, maka laba bisa lebih besar," katanya, Senin (6/5/2019).

Faktor penekan laba lainnya yakni, kenaikan harga obat sebesar 6% juga belum terealisasi. Strategi perseroan mendorong OTC dan kosmetik juga menyebabkan biaya distribusi naik pada tiga bulan pertama. 

Suharta mengatakan, beban keuangan perseroan yang meningkat dari Rp31,64 miliar pada kuartal I/2018 menjadi Rp81,84 miliar pada kuartal I/2019 atau naik 158,66% secara tahunan, turut membebani laba.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2019, produk ethical Kimia Farma naik 1,71% secara tahunan. Segmen ini berkontribusi 40,92% terhadap penjualan bersih.  

Lebih lanjut, Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk. Zahmilia Akbar mengatakan, penjualan di segmen obat ethical naik 5,38% secara tahunan, sedangkan kontribusinya sebesar 22,45% terhadap total penjualan bersih perseroan.

Pertumbuhan penjualan terbesar dibukukan oleh segmen obat bebas sebesar 60,28% secara tahunan. Segmen ini berkontribusi 36,15% terhadap penjualan. Adapun, segmen produk OGB yang memberikan kontribusi 41,10% terhadap penjualan bersih, tumbuh 48,19% secara tahunan.  

Dia menjelaskan, beberapa fasilitas pelayanan kesehatan, apotek, serta toko obat masih memiliki persediaan barang 2018. Oleh karena itu, penjualan atas beberapa produk pareto belum membukukan pertumbuhan tinggi. 

"Ini memang menjadi ciri khas di industri farmasi. Tren kenaikan penjualan biasanya nampak meningkat mulai dari kuartal II/2019," katanya pada Senin (6/5/2019). 

Di samping itu, laba yang tertekan karena ada beberapa pembebanan akibat aksi korporasi yakni akuisisi terhadap 55% saham PT Lucas Djaja Group yang dilakukan pada 2018. 

Sebelumnya, Direktur Keuangan PT Merck Tbk. Bambang Nurcahyo menjelaskan laba perseroan tertekan pada tiga bulan pertama ini karena sejumlah faktor. Pertama, perseroan melakukan mix product pada kuartal I/2019 yang berbeda dibandingkan dengan kuartal I/2018. 

Kedua, laba yang tertekan berasal dari biaya-biaya yang dikeluarkan lebih cepat sebagai persiapan Ramadan yang jatuh pada kuartal II/2019. Ketiga, harga pokok penjualan perseroan meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Di sisi lain, PT Kalbe Farma Tbk. mencetak kenaikan laba sebesar 0,96% secara tahunan pada kuartal I/2019. 

Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Vidjongtius menjelaskan, kontribusi bisnis distribusi dan logistik bertambah dan tumbuh lebih cepat. Padahal, marjin bisnis distribusi dan logistik lebih rendah dibandingkan dengan divisi lainnya. 

Dia mengatakan, produk obat bebas dan nutrisi memberikan margin yang lebih baik dibandingkan dengan margin di bisnis distribusi dan logistik. 

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2019, segmen distribusi dan logistik tumbuh 10,69% secara tahun. Segmen ini berkontribusi 29,57% terhadap total penjualan. 

Adapun, produk nutrisi dan produk kesehatan masing-masing tumbuh 4,82% dan 5,26%. Kedua produk ini masing-masing berkontribusi 28,33% dan 17,36% terhadap penjualan bersih. 

Sementara itu, penjualan obat resep tumbuh 6,49% secara tahunan, serta berkontribusi 24,74% terhadap penjualan bersih. 

"Margin yang lebih baik ada di produk obat-obat bebas dan nutrisi dibandingkan distribusi logistik," katanya pada Senin (6/5/2019). 

Lebih lanjut, laba bersih yang tumbuh tipis juga terdampak dari lemahnya rupiah ke level Rp14.000an. Vidjongtius berharap, kinerja kuartal II/2019 dapat membaik atau tumbuh sesuai dengan target yang dipasang perseroan sebesar 6%-8% untuk top line dan bottom line.

Perseroan akan terus melakukan promosi terhadap produk kesehatan dan obar resep agar bertumbuh dengan baik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper