Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Indeks Reksa Dana Saham Kian Tertekan

Kinerja reksa dana saham saham tergerus kian dalam di zona merah sepanjang tahun berjalan per 3 Mei 2019 akibat anjloknya pasar saham.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja reksa dana saham saham tergerus kian dalam di zona merah sepanjang tahun berjalan per 3 Mei 2019 akibat anjloknya pasar saham.

Berdasarkan data Infovesta Utama, indeks reksa dana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index tercatat berada di area negatif sebesar -1,93% secara year-to-date per 3 Mei 2019. Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) yang menjadi acuannya masih tumbuh 2,02%.

Selanjutnya, indeks reksa dana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta Fixed Income Fund Index tercatat 2,60% atau masih inline dengan kinerja indeks acuannya yang sebesar 2,66%. Begitu pula kinerja indeks reksa dana pasar uang yang tercermin dalam Infovesta Morney Market Fund Index tercatat stabil 1,78%.

Sementara itu, kinerja indeks reksa dana campuran yang tercermin dalam Infovesta Balanced Fund Index tercatat 1,70%. Secara mingguan, indeks reksa dana pasar uang tampil di zona hijau sendiri dengan kinerja sebesar 0,09%.

Ketiga indeks reksa dana lainnya tercatat berada di zona merah, yaitu indeks reksa dana pendapatan tetap sebesar -0,46% dan indeks reksa dana campuran tercatat -1,12%. Adapun posisi terbawah kembali ditempati oleh indeks reksa dana saham sebesar -1,39%. Pada periode yang sama, IHSG tergerus -1,28%.

Infovesta mencatat, anjloknya pasar saham pada pekan lalu menjadi penyebab turunnya imbal hasil reksa dana saham dan campuran. Begitu pula kinerja buruk dari indeks obligasi pemerintah turut menjadi penekan indeks reksa dana pendapatan tetap.

Adapun periode April—November memang diantisipasi oleh investor sebagai periode mendapatkan imbal hasil yang lebih rendah ketimbang periode Oktober—Mei.

Istilah Sell in May and Go Away tersebut ternyata tampaknya berlaku pula di pasar modal Indonesia, kendati tidak menutup kemungkinan bisa saja kondisi terjadi sebaliknya seiring dengan perkembangan yang ada di tahun tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper