Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

27 Perusahaan Siap Melantai di Bursa, Seberapa Besar Potensinya?

Para calon emiten tampak semakin gencar untuk masuk ke pasar modal lewat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.
Pengunjung mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (13/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Rabu (13/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Para calon emiten tampak semakin gencar untuk masuk ke pasar modal lewat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.

Bursa Efek Indonesia menyampaikan sejauh ini sudah ada 27 calon emiten yang siap melantai di bursa dengan total nilai emisi sebesar Rp1,39 triliun. Data tersebut merupakan data sementara hingga 29 April 2019 dan akan terus berkembang seiring dengan masuknya daftar baru.

Adapun calon emiten tersebut berasal dari berbagai sektor. Sebanyak 10 calon emiten berasal dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Selanjutnya, 5 perusahaan berasal dari sektor properti, real estat, dan konstruksi bangunan. Sisanya berasal dari sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi; aneka industri; industri barang konsumer; tambang; dan asuransi.

Sepanjang tahun berjalan, BEI telah mencatatkan saham emiten baru sebanyak 10 perusahaan. Sebanyak 3 perusahaan di antaranya resmi menjadi perusahaan tercatat pada bulan lalu, yaitu PT Menteng Heritage Realty Tbk., PT Capri Nusa Satu Properti Tbk., dan PT Meta Epsi Tbk.

Sementara itu, pada bulan ini bursa juga akan kedatangan 3 pendatang baru yaitu PT Hotel Fitra International Tbk., PT Golden Flower Tbk., dan PT Darmi Bersaudara Tbk.

BEI pun optimisti, target pencatatan sebanyak 75 emiten pada tahun ini bisa tercapai ditopang oleh membaiknya kondisi pasar dan berkurangnya tekanan dari sisi eksternal.

Pada tahun lalu, BEI telah menjadi pasar modal dengan aktivitas pencatatan saham terbanyak dibandingkan bursa-bursa di kawasan Asia Tenggara yaitu sebanyak 57 emiten baru dengan outstanding emisi saham senilai Rp16,43 triliun. Dengan demikian, jumlah perusahaan tercatat di bursa per akhir tahun lalu menjadi 619 emiten.

Sementara itu, dalam hal jumlah emiten, BEI memang masih kalah dengan bursa Thailand (Stock Exchange of Thailand/SET) dan bursa Singapura (Singapore Exchange Limited/SGX) yang telah memiliki masing-masing 704 perusahaan tercatat dan 741 perusahaan tercatat per akhir tahun lalu.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menjelaskan bahwa tren penawaran umum perdana saham berkorelasi dengan kondisi di pasar saham. Ketika kondisi pasar positif, perusahaan cenderung ingin melakukan IPO dengan harapan kuatnya penyerapan dana di pasar.

“Memang tahun lalu banyak yang menunda IPO karena kinerja pasar saham turun. Sementara tahun ini ceritanya berbeda,” kata Hans kepada Bisnis.com, Rabu (1/5/2019).

Hans menjelaskan, pada tahun lalu pergerakan pasar saham menjadi terbebani oleh agresifnya Bank Sentral AS (Federal Reserve) dalam menaikkan suku bunga acuan. Hal itu pun mendorong aliran modal asing keluar dari pasar modal tanah air dan nilai tukar rupiah pun terpukul.

Sementara itu, pada tahun ini, The Fed tampaknya tidak bisa menaikkan suku bunga lagi dan pergerakan rupiah pun relatif lebih stabil. Hal itu pun membuat pergerakan pasar saham tampak lebih positif dan melegakan. 

Apalagi, belakangan ini aliran modal masuk asing sudah mulai masuk kembali ke pasar modal Indonesia. Per 30 April 2019 year-to-date (ytd), investor asing bahkan telah mencatatkan aksi beli (net buy) senilai Rp65,24 triliun. Namun demikian, Hans menilai pergerakan pasar pada tahun ini tidak bisa terlalu positif. “Tapi tidak negatif juga,” imbuhnya.

Pasalnya, pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan tampak melambat dan China mulai mengerem pelonggaran kebijakan moneternya.  Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS yang jauh di atas perkiraan sebesar 3,2% secara tahunan juga memupuskan harapan investor bahwa The Fed bisa menurunkan suku bunga acuan AS.

“Melihat data [ekonomi AS] yang cukup baik, dari China juga data [ekonomi] cukup bagus, kekhawtiran perlambatan ekonomi global berkurang,” tutur Hans.

Padahal, apabila ekonomi dunia melambat, aliran modal asing diperkirakan bisa deras masuk ke pasar negara berkembang (emerging market) termasuk Indonesia. Dengan sejumlah sentimen eksternal tadi, pergerakan indeks diperkirakan bakal moderat pada tahun ini atau dengan kata lain kinerja pasar saham bisa positif tapi tidak terlalu agresif kenaikannya.

Namun demikian, Hans optimistis indeks harga saham gabungan (IHSG) dapat menembus level 7.000 setelah pembentukan kabinet pemerintah yang baru nanti. Untuk saat ini, Hans menilai indeks akan stabil bergerak di rentang 6.300—6.700 setelah investor melakukan aksi ambil untung (profit taking) pada pekan lalu.

Dengan begitu, Hans pun tetap yakin bursa dapat mencapai target emiten baru sebanyak 75 perusahaan baru pada tahun ini. Pasalnya, dengan kondisi pasar yang lebih baik, perusahaan yang menunda IPO pada tahun lalu bisa mulai masuk pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper