Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NASA Rugi US$700 Juta Gara-gara Aluminium Bahan Roket Rusak

Badan Penerbangan dan Antariksa AS atau National Aeronautics and Space Administration (NASA) mencatatkan kerugian hingga lebih dari US$700 juta akibat gagalnya dua misi peluncuran satelit NASA yang menggunakan bahan aluminium rusak.

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Penerbangan dan Antariksa AS atau National Aeronautics and Space Administration (NASA) mencatatkan kerugian hingga lebih dari US$700 juta akibat gagalnya dua misi peluncuran satelit NASA yang menggunakan bahan aluminium rusak.

Adapun, bahan aluminium rusak tersebut dipasok oleh salah satu top produsen aluminium terbesar di dunia, Norsk Hydro ASA.

Mengutip keterangan resmi NASA, misi Orbiting Carbon Observatory NASA pada 2009 dan misi Glory pada 2011 tidak mencapai orbit dan putus saat masuk kembali ke atmosfer bumi setelah muatan gagal memisahkan diri dari roket Taurus XL.

Produsen aluminium Sapa Profiles Inc diklaim telah mengubah hasil tes dan memberikan sertifikasi palsu kepada pabrikan roket terkait dengan ekstrusi yang digunakan dalam komponen utama untuk sistem pengiriman muatan.

"Ketika hasil pengujian diubah dan sertifikasi diuji secara salah, misi gagal. Taurus XL yang gagal untuk misi OCO dan Glory mengakibatkan hilangnya lebih dari US$700 juta dan menyia-nyiakan hasil karya ilmiah yang dirangkum bertahun-tahun," papar Jim Norman, Direktur Layanan Peluncuran di Markas Besar NASA, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (1/5/2019).

Kedua misi tersebut bertujuan untuk meluncurkan instrumen pemantauan yang terkait dengan ilmu iklim.

Menurut Departemen Kehakiman AS, Norsk Hydro setuju untuk membayar kerugian sebesar US$46 juta kepada NASA, Departemen Pertahanan AS, dan beberapa pihak terkait lainnya untuk menyelesaikan tuntutan pidana dan tuntutan sipil akibat penipuan pasokan selama 19 tahun tersebut.

Selain itu, NASA memberikan sanksi kepada Sapa Profiles Inc, sekarang dikenal sebagai Hydro Extrusion Portland Inc, untuk diberhentikan dari kontrak apapun dari pemerintah federal AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper