Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bijih Besi Kembali Sentuh Level US$90 per Ton

Bijih besi kembali menyentuh level sekitar US$90 per ton seiring dengan penurunan tajam dalam persediaan pasokan di China yang memperkuat tekanan pasokan di konsumen teratas.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Bijih besi kembali menyentuh level sekitar US$90 per ton seiring dengan penurunan tajam dalam persediaan pasokan di China yang memperkuat tekanan pasokan di konsumen teratas.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (22/4/2019) pukul 13.08 WIB, harga bijih besi di bursa Dalian bergerak menguat 2,99% menjadi 637,5 yuan per ton atau US$94,97 per ton. Sementara itu, harga bijih besi di bursa Singapura naik 2,94% di zona hijau menjadi US$91,80 per ton.

Mengutip data Shanghai Steelhome E-Commerce Co, persedian pasokan di pelabuhan china menurun 3,9 juta ton menjadi 140 juta pada perdagangan pekan lalu. Bijih besi yang berasal dari pengiriman Australia telah turun 5,5% menjadi 67,85 juta ton, terendah sejak 2017.

Chief Executive Officer Fortescue Metals Group Elizabeth Gaines mengatakan penurunan jumlah pengiriman pihaknya menjadi rekor penurunan terbanyak sejak 2013 dan melihat pasar yang lebih ketat sepanjang sisa tahun ini.

"Ada gangguan pasokan dari Brazil dan Pilbara, sedangkan kami melihat adanya permintaan yang kuat sehingga harga pasti akan bergerak naik," ujar Elizabeth seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (22/4/2019).

Selain itu, kenaikan harga bijih besi mendapat dukungan tambahan dari kenaikan harga baja. Harga baja rebar di bursa Shanghai naik 2,13% menjadi 3.792 yuan per ton dan telah bergerak naik 10,35% sepanjang tahun berjalan.

Rekor produksi baja di China dan tanda-tanda ekonomi negeri panda sebagai negara konsumen terbesar di dunia memperlihatkan pemulihannya juga mendorong kenaikan harga bijih besi.

Sepanjang tahun berjalan bijih besi telah mengalami reli penguatan akibat gangguan pasokan, termasuk jebolnya bendungan di salah satu pertamabangan Vale SA di Brasil yang mendorong penutupan tambang dan angin topan di Australia yang menganggu pengiriman pasokan dari BHP Group dan Rio Tinto Group.

Harga bijih besi di bursa Dalian telah bergerak naik 30,42% sepanjang tahun berjalan dan harga bijih besi di bursa Singapura bergerak menguat 31,19% secara year to date (ytd).

Walaupun demikian, pada perdagangan pekan lalu laju bijih besi sempat melemah seiring dengan Vale yang memulai kembali tambang Brucutu. Akibat hal tersebut harga bijih besi berjangka di bursa Singapura menurun 5% sepanjang perdagangan pekan lalu.

Mengutip riset Soochow Futures co meski pembukaan kembali tambang Brucutu mungkin telah menyebabkan penurunan harga bijih besi, faktor pasokan dan permintaan masih menjadi sentimen utama pasar, termasuk meningkatnya aktivitas konstruksi dan investasi di sektor real estat.

"Kita juga perlu mengawasi bagaimana pembatasan sintering di hub Tangshan akan berdampak seperti apa di lapangan," tulis Soochow Futures dalam risetnya seperti dikutip dari Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper