Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pergerakan Pasar Obligasi Pekan Ini Bakal Menguat, Berikut Sentimennya

Hasil hitung cepat dari sejumlah lembaga survei yang menunjukkan keunggulan petahana dalam pemilu pekan lalu berpotensi memberi sentimen positif bagi pasar obligasi, menimbang preferensi pasar cenderung pada stabilitas kebijakan.
SURAT UTANG NEGARA
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA — Hasil hitung cepat dari sejumlah lembaga survei yang menunjukkan keunggulan petahana dalam pemilu pekan lalu berpotensi memberi sentimen positif bagi pasar obligasi, menimbang preferensi pasar cenderung pada stabilitas kebijakan.

Sentimen positif terlihat dari turunnya persepsi risiko investasi Indonesia yang tercermin dari turunnya angka credit default swap (CDS) 5 tahun dan 10 tahun. Hal ini menunjukkan kepercayaan diri investor asing yang meningkat terhadap Indonesia.

Pada Rabu (17/4/2019) pekan lalu, atau pada hari pemilu, CDS 5 tahun Indonesia turun dari 94,56 menjadi 90,05 atau level terendahnya tahun ini. Hanya saja, keesokan harinya, CDS 5 tahun naik lagi ke level 92,49 pada Kamis (18/4) dan turun ke 92,28 pada Jumat (19/5).

Hal yang sama terjadi juga pada CDS 10 tahun Indonesia yang mana pada hari pemilu juga turun ke level terendahnya tahun ini yakni 157,85 dari 164,17 pada hari sebelumnya. Pada Jumat (19/4) pekan lalu, CDS 10 tahun Indonesia ditutup di level 160,73.

Sehari setelah pemilu ketika pasar obligasi kembali dibuka, yakni Kamis (18/4/2019), indeks obligasi komposite atau ICBI menguat 0,17% ke level 253,1862. Sepanjang tahun ini penguatan ICBI menjadi 5,03% ytd.

Pada hari tersebut, yield surat utang negara (SUN) 10 tahun turun dari 7,78% menjadi 7,75%, sedangkan yield SUN 5 tahun turun dari 7,24% menjadi 7,22%. Turunnya yield menunjukkan penguatan harga dan membaiknya keyakinan investor.

Sementara itu, lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Service juga segera mengapresiasi hasil hitung cepat yang menunjukkan keunggulan petahana, yakni pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.

Lembaga internasional tersebut menilai hal ini menjadi pertanda baik bagi kesinambungan kebijakan pemerintah Indonesia dalam 5 tahun mendatang, sebab kebijakan yang dilakukan Presiden Joko Widodo dalam 5 tahun terakhir dinilai cukup positif bagi inklim investasi Indonesia.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital, mengatakan bahwa pasar cenderung mengekspektasikan kestabilan sehingga bila petahana terpilih, sentimennya akan positif bagi pasar. Hal ini akan mendorong peningkatan kepercayaan diri pasar.

Meskipun demikian, selama ini pun pasar modal dan pasar surat utang dalam negeri pun sudah cenderung positif karena meyakini petahana akan kembali menang berdasarkan riset sejumlah lembaga survei.

Ini terbukti dari arus masuk yang masif sepanjang awal tahun ini yang mencapai sekitar Rp90 triliun di pasar saham dan obligasi.

Dhian Karyantono, analis fixed income Mirae Asset Sekuritas Indonesia, meyakini kepercayaan diri investor asing untuk melanjutkan aksi beli di Indonesia akan terus meningkat setelah sempat wait and see menjelang pemilu.

Sepanjang 2 pekan menjelang pemilu pada April, investor asing tidak banyak melakukan aksi beli di pasas SUN, padahal sepanjang kuartal I/2019 mereka membeli SUN sekitar Rp78,87 triliun.

Dhian mengatakan, setelah pemilu, pasar obligasi akan cenderung membaik sebab ketidakpastiannya akan mereda. Kekhawatiran terhadap hasil pilpres selama ini menyebabkan sebagian investor ragu untuk masuk ke pasar, meskipun yield SUN Indoensia sangat menarik.

Selain faktor pemilu, potensi penguatan pasar obligasi juga didukung oleh data neraca dagang Maret 2019 yang di luar dugaan justru melanjutkan surplus. Hal ini meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia tahun ini. Apalagi, ada agenda rapat dewan gubernur (RDG) BI pekan ini.

“Kebetulan, momen setelah pilpres 2019 yang sekaligus meredakan kekhawatiran investor ini bertepatan dengan adanya RDG BI pada minggu depan sehingga ada kemungkinan modal asing kembali masuk ke pasar obligasi karena adanya antisipasi terhadap penurunan suku bunga acuan,” katanya.

Faktor lainnya yang juga positif yakni membaiknya data ekonomi Tiongkok yang terbukti mampu tumbuh 6,4% yoy pada kuartal I/2019 atau di atas ekspektasi pasar yang sebesar 6,3% yoy. Hal ini juga masih didukung oleh potensi redanya perang dagang dengan AS, serta dovish-nya The Fed.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper