Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi China Lampaui Ekspektasi, Bursa Eropa Naik

Pergerakan bursa saham Eropa berhasil ditutup di posisi lebih tinggi pada perdagangan Rabu (17/4/2019), di tengah koreksi pasar saham global.
Bursa Eropa/Reuters
Bursa Eropa/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham Eropa berhasil ditutup di posisi lebih tinggi pada perdagangan Rabu (17/4/2019), di tengah koreksi pasar saham global.

Berdasarkan data Reuters, indeks saham Stoxx 600 Eropa berakhir naik 0,1 persen, sedangkan nilai tukar euro menguat tipis 0,1 persen ke level US$1,1294 setelah sempat melemah akibat terbebani pandangan sejumlah pejabat Bank Sentral Eropa mengenai proyeksi ekonomi.

Sebaliknya, indeks S&P 500 di Amerika Serikat (AS) berakhir di zona merah seiring dengan pelemahan saham perusahaan kesehatan karena terdampak kekhawatiran tentang kemungkinan perubahan kebijakan AS, termasuk proposal "Medicare for All" oleh Senator Bernie Sanders.

“Dengan Kongres yang dikendalikan oleh kubu Demokrat, jelas ada lebih banyak pembicaraan tentang pengaturan sektor dan harga obat. Ini memiliki risiko pemberitaan yang negatif,” ujar Matthew Granski, Director of Strategy Miracle Mile Advisors.

Beragam hasil laporan keuangan korporasi, termasuk pendapatan International Business Machines Corp. yang meleset dari ekspektasi, turut berkontribusi pada mandeknya pergerakan di bursa Wall Street AS, menurut Senior Vice President Wedbush Securities Stephen Massocca.

“Investor merasa gugup tentang musim laporan pendapatan. Banyak saham terbebani saat ini, meskipun (perusahaan-perusahaannya) belum merilis laporan,” terang Massocca.

Penurunan pada bursa saham AS pun membebani world index MSCI yang melacak pergerakan bursa saham di 47 negara. Indeks saham global MSCI terkoreksi 0,16 persen.

Padahal, indeks saham global sebelumnya mendapat dukungan data ekonomi China yang lebih baik dari perkiraan. Produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 6,4 persen pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan setahun sebelumnya.

Sementara itu, produksi industri China melonjak 8,5 persen pada Maret dari tahun sebelumnya, laju tercepat sejak Juli 2014 serta jauh di atas perkiraan kenaikan sebesar 5,9 persen. Data penjualan ritel China juga mencatat kenaikan 8,7 persen.

Pakar strategi dan manajer portofolio Allianz Global Investors, Neil Dwane, mengatakan data itu sudah cukup baik untuk menghilangkan kekhawatiran bahwa ekonomi China tengah runtuh, terlepas dari masih adanya keraguan soal kinerjanya sepanjang sisa tahun ini.

“Beijing kini akan wait and see. Untuk menjadi bullish (tentang saham) dari titik ini Anda harus yakin adanya pemulihan global yang cukup kuat pada paruh kedua,” ungkap Dwane.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper