Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krakatau Steel (KRAS) Bakal Masuk Holding BUMN Pertambangan

Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara meramu strategi untuk memperbaiki kinerja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. yang masih merugi hingga akhir 2018 mulai dari restrukturisasi utang hingga menjadikan produsen baja itu bagian dari Holding BUMN Industri Pertambangan.
Pekerja mengawasi proses produksi lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman
Pekerja mengawasi proses produksi lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-Asep Fathulrahman

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara meramu strategi untuk memperbaiki kinerja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. yang masih merugi hingga akhir 2018 mulai dari restrukturisasi utang hingga menjadikan produsen baja itu bagian dari Holding BUMN Industri Pertambangan.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini (BUMN) M. Soemarno mengatakan Krakatau Steel harus kembali ke khitah atau tujuan utama perseroan. Artinya, emiten berkode saham KRAS itu harus konsentrasi ke industri dasar.

Sebagai upaya untuk fokus ke bisnis utama perseroan, Rini menyebut KRAS melepas sebagian kepemilikannya di bisnis jasa pelabuhan melalui, PT Krakatau Bandar Samudera. Selain itu, pembangkit listrik yang dimiliki oleh perseroan diambil alih oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Sebagai gambaran, KRAS menjadi produsen baja terbesar dengan kapasitas produksi 3,15 juta ton per tahun. Produk utama perseroan yakni HRC, CRC, dan wire rod.

Di samping memproduksi baja, KRAS juga menjalankan beberapa lini bisnis pendukung yakni industrial estat dan perhotelan, rakayasa dan konstruksi, jasa pengelolaan pelabuhan, serta jasa lainnya seperti penyedia kelistrikan, air industri, teknologi informasi, serta layanan medis.

Dengan strategi tersebut, lanjut Rini, investasi yang dilakukan oleh KRAS dapat dikembalikan. Dana segar yang didapatkan oleh perseroan dapat digunakan sebagai modal kerja.

Selain fokus itu, dia menyebut perseroan juga melakukan restrukturisasi utang. Pasalnya, utang yang dimiliki sudah lama menumpuk dan tidak terstruktur dengan benar.

Langkah restrukturisasi yang ditempuh yakni dengan bank pelat merah, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Selanjutnya, restrukturisasi juga dilakukan dengan bank-bank swasta.

Tidak hanya serangkaian strategi itu, Rini juga menyebut ingin menjadikan KRAS sebagai bagian dari Holding BUMN Industri Pertambangan (HIP). Kelompok usaha itu saat ini beranggotakan PT Aneka Tambang Tbk., PT Bukit Asam Tbk., dan PT Timah Tbk. dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebagai induk.

“Nantinya saya ingin [KRAS] masuk ke Inalum, karena ini kan industri dasar tetapi Inalum bilang beresin dulu,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (16/4).

Sebagai catatan, Krakatau Steel melaporkan pendapatan US$1,73 miliar pada 2018. Realisasi itu tumbuh 20,05% dari US$1,44 miliar pada 2017.

Dari sisi beban, perseroan menekan jumlah beban umum dan administrasi 17,02% secara tahunan pada 2018. Akan tetapi, beban operasi lainnya tercatat naik 340% secara tahunan.

KRAS menekan bagian rugi dari entitas asoasiasi dan ventura bersama dari US$41,22 juta pada 2017 menjadi US$5,30 juta per akhir tahun lalu. Selain itu, perseroan menikmati laba selisih kurs US$27,95 juta pada 2018 setelah sebelumnya rugi selisih kurs US$3,43 juta.

Dengan demikian, produsen baja pelat merah itu membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk US$74,81 juta per akhir tahun lalu. Posisi itu turun 8,48% dari US$81,74 juta pada 2017.

Seperti diketahui, KRAS tercatat membukukan kerugian pada 2016—2018. Namun, nilainya terus mengalami penurunan selama rentang periode tersebut.

Adapun, kerugian yang dibukukan KRAS dalam tiga tahun terakhir yakni US$171,69 juta pada 2016, US$81,74 juta pada 2017, dan US$74,81 juta pada 2018.

Saat dimintai konfirmasi mengenai masuknya KRAS ke dalam Holding BUMN Industri Pertambangan, Rendi Witular, Kepala Komunikasi Korporat dan Hubungan Antar Lembaga Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mengungkapkan rencana itu masih dalam kajian. Hal tersebut dilakukan untuk segala aspek yang terkait.

Terkait proses restrukturisasi utang, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pihaknya mendukung restrukturisasi yang dilakukan oleh KRAS. Menurutnya, terdapat beberapa skema untuk proses tersebut termasuk convertible bond. 

Sementara itu, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim belum berkomentar banyak mengenai perkembangan proses restruktrukturisasi. Pasalnya, skema tersebut masih belum final.

Namun, berdasarkan catatan Bisnis, Krakatau Steel memang tengah menggencarkan proses restrukturisasi. Produsen baja milik negara itu menargetkan setidaknya dapat merestruktrusisasi utang hingga US$2,2 miliar.

Sebelumnya, Silmy menjelaskan bahwa restrukturisasi dilakukan terhadap utang dan organisasi. Tujuannya, agar ke depan KRAS kian lincah, cepat, dan tepat dalam merespons dinamika pasar.

Dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2019, KRAS menargetkan dapat mencetak untung US$20 juta tahun ini.

Secara terpisah, Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai rencana masuknya KRAS ke dalam holding akan mempermudah pendanaan. Menurutnya, perseroan akan lebih leluasa mendapatkan penyertaan atau suntikan modal dari induk usaha.

“Jadi proses restrukturisasi utang KRAS lebih mudah dan murah,” paparnya.

Di sisi lain, dengan fokus ke bisnis inti, perseroan dinilai akan mendapatkan dana untuk pelunasan utang. Artinya, KRAS mendapatkan uang dari divestasi anak usaha.

Alfred menyebut KRAS memiliki permasalahan yang tidak hanya berasal dari internal. Produsen baja pelat merah itu juga menghadapi tantangan dari eksternal seperti baja impor dan efisiensi struktur biaya dari harga gas.

“Untuk memaksimalkan internal saja tidak cukup untuk membuat KRAS sehat, karena harga baja tidak selamanya tinggi,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper