Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab Laba Royal Prima (PRIM) Tertekan di 2018

Laba PT Royal Prima Tbk. pada 2018 terkoreksi sebesar 10,6% meski dari sisi pendapatan pada 2018 mengalami pertumbuhan.
Direktur PT Royal Prima Tbk. (PRIM) Mok Siu Pen mengungkapkan perseroan siap mengakuisisi 4 rumah sakit pada tahun ini, Selasa (15/5)./Bisnis-Novita Sari Simamora
Direktur PT Royal Prima Tbk. (PRIM) Mok Siu Pen mengungkapkan perseroan siap mengakuisisi 4 rumah sakit pada tahun ini, Selasa (15/5)./Bisnis-Novita Sari Simamora

Bisnis.com, JAKARTA — Laba PT Royal Prima Tbk. pada 2018 terkoreksi sebesar 10,6% meski dari sisi pendapatan pada 2018 mengalami pertumbuhan.

Adapun, pendapatan emiten berkode saham PRIM tersebut pada 2018 Rp204,7 miliar, meningkat 15,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, pada 2018, laba PRIM tercatat menjadi Rp17,7 miliar atau terkoreksi 10,6% dari Rp19,8 miliar.

Michael Mok Siu Pen, Direktur PT Royal Prima Tbk. mengatakan bahwa tertekannya pertumbuhan laba perseroan pada 2018 disebabkan oleh beberapa faktor yang dialami pada saat itu.

Pada 2018, perseroan melakukan beberapa penambahan aset, sehingga hal tersebut berdampak kepada meningkatnya depresiasi aset yang dimiliki perseroan. Dengan demikian laba perseroan sedikit tertekan pada 2018.

Selain itu, penekan laba bersih emiten berkode saham PRIM tersebut ditambah oleh biaya yang dikeluarkan perseroan untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada 2018 lalu.

“Karena kita ada beberapa biaya IPO pada 2018, seperti membayar auditor,  di samping depresiasi,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (8/4/2019).

Namun, pada 2019, Michael mengatakan bahwa perseroan telah memproyeksikan pertumbuhan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Pasalnya, perseroan akan berfokus untuk melakukan akuisisi sejumlah rumah sakit yang sudah beroperasi secara penuh dan telah mampu menghasilkan pendapatan dan profit. Dengan demikian, pemasukan tersebut bisa dapat berkontribusi kepada kinerja konsolidasi pada 2019.

“Seharusnya kalo kita dari top line meningkat sekitar 50%, bottom line meningkat juga 50%,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper