Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah Bersamaan dengan Dolar AS, Ini Faktor Penyebabnya

Mengawali perdagangan pekan ini, rupiah ditutup melemah meskipun cadangan devisa Indonesia bertambah dan di tengah pelemahan indeks dolar AS.
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Mengawali perdagangan pekan ini, rupiah ditutup melemah meskipun cadangan devisa Indonesia bertambah dan di tengah pelemahan indeks dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Senin (8/4/2019), rupiah terdepresiasi 0,24% atau turun 35 poin menjadi Rp14.167 per dolar AS.

Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa kabar baik terkait dengan penambahan cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret belum mampu mendorong naik laju rupiah. "Tampaknya pelemahan kali ini didorong oleh investor yang menjauhi mata uang berisiko, termasuk rupiah, di tengah kabar buruk dari kisruh geopolitik Libya, ketidakpastian brexit, serta kekhawatiran adanya krisis finansial dari Italia," ujar Faisyal saat dihubungi Bisnis.com, Senin (8/4/2019).

Cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$124,54 miliar pada akhir Maret 2019, meningkat US$1,27 miliar dibandingkan dengan Februari 2019 sebesar US$123,27 miliar. Indeks dolar AS yang melemah akibat data ketenagakerjaan AS juga belum menjadi katalis positif bagi pergerakan rupiah. 

Data perubahan tenaga kerja AS di luar sektor pertanian untuk Maret 2019 adalah sebesar 196.000 orang atau di atas proyeksi pasar sebesar 172.000 orang. Namun, tenaga kerja pada sektor manufaktur menunjukkan koreksi sehingga memperkuat sinyal perlambatan ekonomi dalam negeri.

Pada saat yang sama data rata-rata pendapatan per jam AS secara month on month (mom) dirilis sebesar 0,1% di bawah ekspetasi pasar sebesar 0,3%. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback dihadapan enam mata uang mayor bergerak melemah 0,16% menjadi 97,239.

Faisyal memprediksi rupiah akan bergerak cenderung melemah terbatas seiring dengan pasar yang menanti notulen rapat FOMC untuk Maret 2019. Rupiah diperkirakan bergerak pada level Rp14.080 per dolar AS hingga Rp14.225 per dolar AS.

Di sisi lain, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim juga mengatakan bahwa ketidakpastian Brexit masih menjadi katalis negatif rupiah. Perdana Menteri Inggris Theresa May telah meminta perpanjangan Brexit hingga 30 Juni 2019, yang semula dijadwalkan pada 12 April 2019. Namun, permintaan perpanjangan waktu tersebut diragukan oleh Perancis dan Belanda.

Sementara itu, Uni Eropa akan memutuskan keputusan perpanjangan waktu tersebut pada Rabu (10/4/2019) mendatang. "Harapannya adalah UE akan menawarkan semcam perpanjangan, paling tidak untuk menghindari Brexit tanpa kesepakatan yang akan sangat mengganggu ekonomi Irlandia," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Senin (8/4/2019).

Ibrahim memprediksi rupiah  kembali melemah di level Rp14.115 per dolar AS hingga Rp14.200 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper