Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Grup Bakrie Membaik di 2018

Sejumlah analis menilai perbaikan kinerja keuangan yang dialami Grup Bakrie pada 2018 belum tercermin pada kinerja harga sahahmnya.
Presiden Direktur PT Bumi Resources Tbk  Saptari Hoedjaja (kanan), didampingi  Direktur Dileep Srivastava memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Presiden Direktur PT Bumi Resources Tbk Saptari Hoedjaja (kanan), didampingi Direktur Dileep Srivastava memberikan penjelasan mengenai kinerja perusahaan di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah analis menilai perbaikan kinerja keuangan yang dialami Grup Bakrie pada 2018 belum tercermin pada kinerja harga sahamnya.

Emiten afiliasi Grup Bakrie saat ini tersebar di berbagai lini. Untuk sektor pertambangan, kelompok usaha itu mengandalkan PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), serta PT Darma Henwa Tbk. (DEWA).

Di sektor perkebunan, Grup Bakrie bergerak melalui PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP). Selanjutnya, kelompok usaha itu juga menjejakkan kaki di sektor properti lewat PT Bakrieland Development Tbk. (ELTY).

Selain tiga sektor itu, Grup Bakrie juga masih memiliki lini bisnis lainnya yakni di sektor telekomunikasi lewat PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL). Adapun, kelompok usaha itu juga memiliki jaring di sektor media lewat PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) yang mengempit kepemilikan saham di PT Inter Media Capital Tbk. (MDIA).

Adapun, Grup Bakrie juga bergerak juga menjalankan berbagai lini usaha mulai dari infrastruktur, manufaktur, hingga komponen otomotif lewat PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR).

Dari sederet nama itu, tercatat baru BUMI, BRMS, UNSP, dan BNBR yang telah menyampaikan laporan keuangan 2018 sampai dengan akhir pekan lalu. Hasilnya, hanya BUMI yang telah mencetak keuntungan.

BUMI mengantongi pendapatan US$1,11 miliar pada 2018 atau naik 6.304,49% dari US$17,36 juta pada 2017. Dari situ, laba yang dapat  diatribusikan kepada entitas induk turun 40,95% menjadi US$220,41 per 31 Desember 2018.

Sementara itu, BRMS, entitas anak BUMI, tercatat masih menderita kerugian US$103,44 juta pada 2018. Namun, jumlah itu terpangkas 55,558% dari US$232,99 juta pada 2017.

Selain itu, BRMS juga tercatat memangkas 43,17% total liabilitas yang dimiliki oleh perseroan dari US$302,30 juta per akhir 2017 menjadi US$171,80 juta pada 2018.

Manajemen BUMI menjelaskan bahwa net income dari batu bara, di luar BRMS, senilai US$257 juta pada 2018. Perseroan menyebut realisasi laba bersih US$373 juta pada 2018 juga memasukkan one off gains dari partisipasi tax amnesty dan revaluasi dari aset Arutmin.

Dengan demikian, Manajemen BUMI mengatakan perbandingan antara laba bersih 2017 dan 2018 tidak apple to apple. Sejatinya, laba bersih inti perseroan, diluar one time gain and loss, tercatat tumbuh 7% secara tahunan ke US$128 juta.

Di sisi lain, BNBR tercatat membukukan pertumbuhan pendapatan  35,81% secara tahunan pada 2018. Namun, perseroan masih harus mencetak kerugian Rp1,26 triliun akhir tahun lalu.

UNSP juga merealisasikan pertumbuhan pendapatan 29,71% secara tahunan pada 2018. Akan tetapi, emiten perkebunan itu masih harus mencetak kerugian Rp1,47 triliun per akhir tahun lalu.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai kinerja emiten afiliasi Grup Bakrie membaik pada 2018. Akan tetapi, hal itu belum tercermin di pergerakan harga saham.

Salah satu penekan pergerakan yakni harga batu bara yang kian menurun. Akibatnya, investor akan main dan tidak melakukan transaksi di saham-saham Grup Bakrie.

Dari Grup Bakrie, William merekomendasikan saham BUMI dengan target harga Rp170 dan ENRG dengan target harga Rp80 per saham.

Di sisi lain, analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai kinerja keuangan dan operasional BUMI masih terbilang positif pada 2018. Pasalnya, kinerja tahun lalu lebih representatif dibanding periode 2017 yang masih termasuk keuntungan revaluasi aset dan tax amnesty yang mencapai lebih dari US$700 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper