Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proposal Pedamaian : Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) Jajaki Rekonsiliasi

Jajaran direksi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. tengah melakukan rekonsiliasi dengan direksi lama untuk menyelesaikan perseteruan di tubuh perseroan.
TPS Food/tigapilar.com
TPS Food/tigapilar.com

Bisnis.com, JAKARTA —Jajaran direksi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. tengah melakukan rekonsiliasi dengan direksi lama untuk menyelesaikan perseteruan di tubuh perseroan.

Proposal perdamaian menawarkan 14 poin, antara lain mengembalikan uang dana divestasi PT Golden Plantation Tbk. (GOLL) sekitar Rp588 miliar, mengembalikan deposito Taro senilai Rp20 miliar, menempatkan Stefanus Joko Mogoginta menjadi komisaris utama di entitas anak dan mencabut tututan dan gugatan yang lama.

Dari 14 poin, Direktur Utama Tiga Pilar Sejahtera Food Hengky Koestanto hanya memaparkan 4 poin tersebut. "Secara filosofi, kalau damai maka akan lebih cepat recovery. Cuma, kami sudah mengingatkan dengan Joko bahwa [proposal] perdamaian dan laporan EY adalah dua hal yang terpisah," ungkapnya, Minggu (7/4/2019).

Hengky mengungkapkan, terakhir kali menjalin komunikasi dengan Joko pada waktu Februari 2019. Namun, pucuk pimpinan tertinggi ini memiliki kekhawatiran bila proposal perdamaian ini tak diterima oleh Joko mengingat adanya laporan EY yang keluar pada akhir Maret 2019.

Saat ini, manajemen AISA tengah fokus pada penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Saat ini, tiga entitas makanan yang berada di bawah naungan manajemen baru yakni PT Putra Taro Paloma (PTP), PT Subafood Pangan Jaya (SPJ) dan PT Surya Cakra Sejahtera (SCS).

AISA memasang target, PKPU bakal dirampung pada pertengahan tahun ini. Tak hanya itu, Hengky mengungkapkan, akan melakukan rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Juni 2019.

Bila proses PKPU berjalan lancar, AISA bakal melakukan stabilisasi. Tahap awal dalam proses stabilisasi yakni melakukan efisiensi perusahaan dengan biaya operasional para direksi. Hengky menegaskan, bahwa AISA tidak akan melakukan pemangkasan karyawan.

Harapan besar Hengky, bisnis makanan bisa menjadi penopang utang AISA. Pada 2019, AISA memproyeksikan pendapatan dari segmen makanan bakal berada pada kisaran Rp1,8 triliun—Rp2 triliun. 

Dalam 3  bulan pertama tahun ini, AISA telah berhasil mengantongi pendapatan senilai Rp200 miliar. Adapun pendapatan ini hanya diperoleh dari Taro dan Subafood.

Bila perusahaan segmen makanan diambil alih seutuhkan oleh manajemen baru, stabilisasi bakal berjalan dengan lancar. Menurutnya, bisnis makanan dan jajanan tetap menjadi favorit, karena besarnya populasi di Indonesia.

Meskipun mengalami kesulitan dalam bahan baru, bernegosiasi dengan supplier dan tak lagi mendapatkan kepercayaan dari perbankan, AISA tidak berencana untuk menaikkan harga produk. Persoalan tersebut tidak memberikan dampak pada harga produk AISA, akan tetapi bila terjadi penaikan harga minyak signifikan maka tidak menutup kemungkinan terjadi harga produk.

Dalam jangka panjang, AISA berencana menjual aset-aset beras. Alasannya, segmen beras membutuhkan modal kerja yang cukup besar. Tak bisa dipungkiri, mimpi indah menjadi pedagang beras nasional yang tak sesuai kenyataan telah membuat AISA terlilit utang. 

"Kami masih fokus ke makanan saja, bisnis beras dipangkas pelan-pelan dan tak akan force sale, sebab modal kerjanya banyak sekali. Juni ini mau RUPS dulu," tambahnya.

Hengky pun enggan memberikan komentar terkait Laporan atas Investigasi Berbasis Fakta dari EY. Namun, dia berharap, laporan tersebut tidak menjadi penghalang persetujuan proposal perdamaian.

Hengky pun tak ingin membuat sepupunya, Joko, menjadi kesal atas laporan EY. Namun, saat laporan EY dimunculkan di keterbukaan informasi, Joko akan menyerahkan masalah ini kepada pihak yang berwajib.

Menurut Joko, penyebaran laporan EY merupakan  niat niat jahat manajemen baru dan memiliki unsur kesengajaan. Joko menilai, dengan menyebarluaskan hasil laporan EY, maka hal itu melanggar prinsip independensi dan prinsip kerahasian dari sebuah audit investigasi. 

Padahal Joko, bertepatan dengan manajemen baru AISA menyebarkan laporan audit investigasi EY tersebut, pihaknya sedang dalam tahap final proses negosiasi damai yang notabene diminta manajemen baru.

Proposal perdamaian yang diharapkan bisa menghangatkan hubungan di tubuh Tiga Pilar Sejahtera Food, kini kembali menjadi membeku. Bagaimana kelanjutannya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper